Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut siklon tropis Herman di Indonesia akan berlangsung hingga 4 April 2023. Dampaknya beberapa wilayah akan dilanda hujan sedang hingga lebat diikuti dengan angin kencang meski kecenderungannya semakin lemah.
Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, siklon tropis Herman merupakan siklon tropis yang tumbuh di wilayah SouthEast Indian Ocean. Siklon ini terbentuk dengan suhu sekurang-kurangnya 26,5 derajat Celcius hingga kedalaman 60 meter. Angin yang berputar di dekat pusat siklon bahkan mencapai kecepatan lebih dari 63 km/jam.
“Intensitas siklon tropis Herman menurun pada 1 hingga 4 April menjadi low pressure. Itu artinya tekanan udara kembali naik di atas 1000 mb dan kecepatan anginnya menjadi berkurang sebelum akhirnya punah,” katanya kepada Greeners, Sabtu (1/4).
Berdasarkan analisis BMKG, siklon tropis Herman pada Rabu, 29 Maret lalu berkekuatan 45 knots (85 km/jam) berkecepatan 12 knots (22 km/jam). Siklon ini berada di Samudera Hindia, selatan Banten, 14.0LS, 102 BT (sekitar 1.000 km sebelah selatan barat daya DKI Jakarta).
Kemudian analisis Kamis 30 Maret terlihat berada di Samudera Hindia, selatan Jawa 15.6LS, 105.4 BT (sekitar 1.080 km sebelah selatan barat daya Cilacap), berkekuatan 55 knots (100 km/jam) dengan kecepatan 13 knots (km/jam) bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Dampak Siklon Tropis Herman
Guswanto menyebut, imbas siklon tropis ini, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang akan terjadi di beberapa wilayah. Mulai dari Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten. Kemudian, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Selain itu, terdapat potensi angin kencang mencapai 25 knot di wilayah Pesisir Barat dan Selatan Lampung, pesisir barat dan selatan Banten, serta pesisir selatan Jawa Barat hingga Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Ia mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan, khususnya di masyarakat yang tinggal di dekat pesisir. “Tinggi gelombang 2,5 hingga 4 meter di perairan barat Kepulauan Mentawai hingga Bengkulu, perairan barat Lampung, selatan Sunda bagian barat dan selatan. Selanjutnya, perairan selatan Banten hingga Bali, serta perairan selatan Bali hingga Pulau Lombok,” paparnya.
Selain itu, di perairan Samudera Hindia barat Lampung dan Samudera Hindia selatan Banten hingga Jawa Timur juga harus mewaspadai tinggi gelombang yang diperkirakan mencapai 4 hingga 6 meter.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyatakan, siklon Herman menciptakan klaster-klaster awan yang masif terbentuk di atas laut.
Ia menyebut, arah pergerakan siklon Herman ini menuju timur sehingga memicu hujan dari barat menjalar ke timur diikuti dengan angin permukaan yang kuat.
“Berdasarkan prediksi global badai tropis JTWC, siklon ini menuju ke timur lalu bergeser ke selatan,” imbuh dia.
Imbas Perubahan Iklim
Sebelumnya, berdasarkan Decission Support System (DSS) SADEWA, siklon tropis ini muncul karena bibit siklon yang tumbuh dari pusaran angin. Adapun radiusnya antara 20 hingga 50 kilometer pada 29 Maret di selatan ekuator dekat Bengkulu.
Erma menyebut alasan siklon tropis kian intensif di Indonesia tak lepas efek dari perubahan iklim. “Suhu laut menghangat, lahan subur bagi tumbuhnya bibit-bibit siklon,” kata Erma.
Ia menyebut pada Januari 2023 European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) menyatakan pemanasan global diperkirakan mencapai 1,21 derajat Celcius. Dalam 30 tahun, pemanasan global ini dapat berlanjut hingga mencapai 1,5 derajat Celcius pada Maret 2023.
Menurut data hasil kajian tim peneliti BRIN, telah terjadi perubahan klimatologis di Indonesia selama 19 tahun yaitu 2001-2019. “Durasi musim hujan lebih panjang di beberapa wilayah selatan di Indonesia,” kata dia.
Misalnya, hujan di wilayah Sumatera Selatan, Kalimantan dan sebagian wilayah di selatan Pulau Sulawesi berlangsung selama 49 hari. Sementara, di Lampung dan bagian barat Pulau Jawa durasi musim hujan berlangsung lebih panjang 12 hari. Selama musim hujan akan terjadi peningkatan hujan yang lebih ekstrem.
Penulis: Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin