Jakarta (Greeners) – Tim Walidata Lamun pada Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat bahwa status kondisi padang lamun di sebagian besar wilayah laut Indonesia terkini kurang bagus. Kepala Pusat Oseanografi LIPI, Dirhamsyah mengatakan, saat ini, persentase secara umum tutupan lamun di Indonesia adalah 40 persen.
“Kalau menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 200 Tahun 2004, tutupan padang lamun yang hanya 40 persen itu artinya kondisi padang lamun Indonesia kurang sehat. Dari keseluruhan lokasi yang divalidasi itu, hanya 5 persen yang kondisinya sehat seperti di Biak, Papua. Bahkan padang lamun yang ada di kawasan konservasi seperti Wakatobi dan Lombok juga kondisinya kurang sehat,” jelas Dirhamsyah, Jakarta, Jumat (14/07).
Lamun adalah satu-satunya tumbuhan berbunga yang secara penuh mampu beradaptasi pada lingkungan laut. Tumbuhan ini tumbuh pada berbagai macam substrat membentuk hamparan luas yang disebut padang lamun.
BACA JUGA: Daerah Konservasi Laut Memberikan Perlindungan terhadap Perubahan Iklim
Menurut Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi, Nurul Dhewani, untuk memantau kondisi padang lamun Indonesia, Tim Walidata Lamun melakukan perhitungan dan validasi padang lamun yang tersebar di 423 lokasi di seluruh Indonesia. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia setidaknya memiliki padang lamun seluas 150 ribu hektar.
Nurul mengatakan bahwa informasi luasan padang lamun yang jelas dapat memberikan indikasi kondisi dan potensi lamun secara menyeluruh. Jika terjadi penurunan, ini menunjukkan adanya tekanan atau ancaman pada ekosistem tersebut. Sebaliknya, jika luasannya stabil atau naik berarti menunjukkan peluang padang lamun untuk lestari semakin tinggi.
“Indonesia ini memiliki luasan padang lamun yang tertinggi di antara negara anggota ASEAN lainnya,”tambahnya.
Penurunan kondisi padang lamun di Indonesia, terangnya, secara umumnya disebabkan oleh tekanan aktivitas manusia. Reklamasi pantai untuk lahan pembangunan pelabuhan, kawasan industri, dan pemukiman berdampak langsung pada hilangnya habitat lamun. Tekanan lingkungan akibat pencemaran (rumah tangga, pertanian, dan limbah industri) dan sedimentasi menurunkan kualitas habitat yang berdampak pada penurunan kondisi padang lamun. Aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan juga dapat merusak padang lamun.
Padahal, keberadaan padang lamun memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia. Ekosistem ini menunjang keberlangsungan sumber daya perikanan di Indonesia. Sebagai contoh, berbagai jenis komoditas perikanan, seperti ikan baronang (samandar), kepiting rajungan, dan kerang-kerangan banyak ditemukan hidup di padang lamun.
BACA JUGA: Blue Carbon Indonesia, Potensi Besar yang Belum Tergarap
Selain bermanfaat bagi perikanan, padang lamun juga membantu mengurangi laju perubahan iklim dengan menyerap emisi karbondioksida. Padang lamun juga dapat menahan gelombang, serta menangkap dan menyetabilkan sedimen, sehingga air menjadi lebih jernih.
“Agar padang lamun tetap mampu memberikan manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan, upaya konservasi padang lamun harus mampu mencegah terjadinya aktivitas yang mengancam kelestarian lamun tersebut. Selain itu, kegiatan transplantasi lamun juga dapat dilakukan untuk memulihkan padang lamun yang telah hilang/rusak dan menciptakan areal padang lamun yang baru,” tutupnya.
Penulis: Danny Kosasih