Jakarta (Greeners) – Berdasarkan data Rainfall Accumulation from NASA IMERG (Integrated Multi-satellitE Retrievals for GPM) dan pantauan data hujan dalam 24 jam terakhir, hujan telah terjadi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Turun hujan di area karhutla ini membantu mengurangi titik panas atau hotspot di wilayah Indonesia.
Data BNPB mencatat, jumlah hotspot turun sejak Senin lalu (23/9) menjadi sebanyak 3.150 titik. Berselang satu hari kemudian, Selasa (24/9) hotspot turun lagi menuju angka 1.982 titik dan Rabu (25/9) telah berada pada jumlah 1.744 titik.
Hujan ini merupakan hujan buatan dari operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang kerap dilakukan sejak karhutla terjadi.
BACA JUGA : Karhutla Di Indonesia, Lebih Dari 300 Ribu Hektar Lahan Terbakar
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bertujuan untuk mempercepat turunnya hujan di wilayah-wilayah yang sudah ada potensi awan hujannya. Dengan demikian diharapkan dapat memadamkan sebagain titik api yang prioritas untuk dipadamkan.
Plt Kepala Pusdatinmas BNPB Agus Wibowo mengatakan, selain menggunakan TMC untuk memadamkan api, operasi helikopter water bombing juga dikerahkan untuk tujuan mematikan titik-titik api yang belum besar, sedangkan pasukan gabungan yang di darat bertugas untuk mematikan titik-titik api dan juga mengisolasi titik-titik api agar tidak menyebar dan menjadi kebakaran yang lebih luas.
“Kesimpulan hujan yang sudah terjadi hari dan beberapa hari sebelumnya cukup mengurangi kepekatan asap. Di samping itu, dampak kepekatan asap mulai berkurang dan langit mulai terang dan biru kembali. Demikian juga di negara tetangga, Malaysia, asap telah berkurang.,” ujar Agus kepada Greeners, Rabu (25/09/2019).
Sementara itu, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT), Tri Handoko Seto, mengatakan tim TMC BPPT telah berupaya maksimal menjangkau dua wilayah sekaligus untuk dilakukan penyemaian awan.
“Tim kami terus bekerja keras sepanjang hari ini untuk menabur CaO atau kapur tohor dan melaksanakan penyemaian awan secara simultan. Bersyukur, hujan turun kembali di beberapa wilayah di Riau dan Jambi pada Selasa sore hari,” ujarnya pada konferensi pers di Manggala Wanabhakti, Selasa (24/09/2019).
Pada penerbangan pertama pagi hari, pesawat Hercules C 130 yang membawa flight scientist BBTMC BPPT dan TNI AU terbang dari landasan pacu Roesmin Nurjadin dengan membawa 2.000 kg CaO dan 2.000 NaCl.Wilayah yang dituju, yaitu Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Jambi dan Sumsel.
Penerbangan kedua siang hari, tim TMC bergerak menyasar wilayah Pelalawan, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir (Riau) dan Tebo (Jambi) dengan membawa bahan semai 4.000 kg NaCl.
BACA JUGA : KLHK dan BMKG Tegaskan Asap Karhutla Tidak Sampai ke Malaysia
Terjadinya karhutla yang menurut data KLHK sampai dengan September 2019 ini , telah membakar lahan sebesar 328.724 dan menurut data WALHI, karhutla 2019 ini juga mengakibatkan 149.433 jiwa menderita ISPA.
Diakui oleh Presiden Joko Widodo karhutla ini merupakan kelalaian pemerintah dalam mencegah karhutla yang setiap tahunnya pasti terjadi. Hal itu, disampaikan Jokowi pada Rapat Terbatas di Riau 16 September 2019 lalu. “Sebetulnya sudah tidak perlu lagi rapat seperti ini. Otomatis menjelang musim kemarau semuanya sudah siap, sebetulnya itu saja. Tapi ini kita lalai sehingga asapnya menjadi besar,” ujar Jokowi.
Kedatangan dan Ratas tersebut juga membuat penanganan karhutla lebih diintensifkan dengan menambah 4 pesawat, yaitu 2 di Riau untuk operasi di wilayah Sumatera dan 2 lainnya di Kalimantan untuk TMC.
Penulis: Dewi Purningsih