Jakarta (Greeners) – Jurnalis Greeners.co Ari Supriyanti Rikin meraih anugerah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2021. Berita berjudul Cegah Jadi Sampah, BRIN Beri “Kehidupan Baru” Masker Sekali Pakai menjadi berita terbaik pertama kategori media online.
Penghargaan ini BRIN berikan sebagai apresiasi kepada media yang telah membantu mensosialisasikan kinerja riset dan inovasi BRIN selama ini.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, sebagai upaya mendorong pesatnya riset dan inovasi di Indonesia, BRIN terus mengonsolidasikan berbagai peluang tersebut. Harapannya Indonesia bisa berjaya di tahun 2045.
“Kami mengapresiasi semua partisipasi dan peran media dalam mendukung kinerja BRIN,” katanya dalam penghargaan media bersamaan dengan webinar terkait Blue and Green Economy di Jakarta, Rabu (15/12).
Dalam penanugerahan tersebut, selain kategori media online, BRIN juga memberi apresiasi kepada penulis terbaik media cetak. Selain itu media cetak dan elektronik yang berpartisipasi aktif mendukung pemberitaan inovasi BRIN meraih penghargaan.
BRIN Matangkan Inovasi dan Eksplorasi Keanekaragaman Hayati Indonesia
Dalam kesempatan itu, Handoko mengungkapkan sejumlah kinerja dan target inovasi BRIN di tahun 2022. Salah satunya eksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia di darat dan laut.
“Eksplorasi akan kita lakukan di laut bahkan hingga laut dalam. Hingga saat ini banyak biodiversitas di dalamnya yang belum tersentuh,” ungkapnya.
Hampir 60 persen kondisi laut Indonesia belum tereksplorasi. BRIN pun menargetkan pengembangan teknologi inovasi dari laut untuk menjadi sumber pangan dan energi. Mitigasi bencana berbasis laut juga dalam BRIN maksimalkan.
Tak hanya laut, eksplorasi di daratan juga akan BRIN lakukan. Bersamaan dengan itu, eksplorasi akan menyentuh aspek sosial dan budaya.
“Saat ini banyak bahasa lokal yang terancam hilang karena semakin sedikit penutur aslinya. Padahal Indonesia memiliki banyak bahasa lokal,” imbuhnya.
Masih berbasis kekayaan sumber daya lokal, BRIN juga akan menggali khasiat berbagai tanaman lokal. Harapannya, sumber daya lokal ini bisa mendorong green economy. Seperti misalnya kencur, yang sebelumnya hanya masuk ekspor sebagai bahan mentah harus BRIN tingkatkan nilai produknya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat menyebut, pengelolaan keanekaragaman hayati masih konvensional. Koleksi spesimen tumbuhan dan hewan dalam kondisi mati baik untuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun untuk menjadi sebuah produk belum ada pengembangannya.
“Dalam digital green dan blue economy ada pengembangan ke arah itu. Transformasi digital dalam pengelolaan keanekaragaman hayati perlu dilakukan. Kita ingin eksplorasi genomic spesies di Indonesia. Targetnya 10.000 spesimen per tahun,” ungkap Iman.
Penulis : Ari Rikin