Jakarta (Greeners)- Sedotan plastik menjadi salah satu penyumbang sampah yang berdampak serius bagi lingkungan. Masyarakat di Indonesia memakai hampir 93,2 juta batang sedotan setiap hari. Susunan sampah sedotan plastik ini panjangnya setara jarak Jakarta hingga Meksiko.
Sedotan plastik membuat persoalan serius bagi lingkungan, pascapakai menjadi timbulan sampah dan sulit didaur ulang. Sampah berjenis ini hanya akan bermuara ke laut nantinya. Biota laut menjadi korban dari timbulan sampah yang tidak terkelola ini.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengajak konsumen untuk tidak lagi menggunakan sedotan plastik, karena timbulan sampahnya akan merusak lingkungan. Kelihatannya sangat sepele sedotan plastik tapi menjadi sangat serius dampaknya bagi lingkungan.
“Perlu simbiosis mutualisme dalam menangani persoalan sedotan plastik antara pemerintah, produsen dan masyarakat. Pemerintah harus tegas mengeluarkan peraturan yang keras mengatur pelarangan penggunaan sedotan plastik dan tidak sebatas imbauan,” katanya kepada Greeners di Jakarta, Selasa (28/9).
Selanjutnya, produsen juga harus berkreasi dan mengganti bahan baku pembuatan sedotan plastik yang ramah lingkungan dengan bambu atau stainless steel.
Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 67, 8 juta ton per tahun mayoritas isinya sampah plastik dan styrofoam. Tragisnya sebanyak 1,29 metrik ton sampah plastik tersebut masuk ke laut.
“Masih ingatkan saat ikan paus mati di pantai lalu dibedah isi perutnya. Isinya sandal jepit, kantong plastik sedotan plastik bungkus mie instan dan lainnya,” ucapnya.
Tulus mengajak konsumen meninggalkan sedotan plastik menjadi green consumer. Produsen juga harus meninggalkan produksi sedotan plastik.
KLHK Mendorong Produsen Kurangi Sampah Plastik
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar mengungkapkan, KLHK sudah melakukan serangkaian langkah mendorong produsen, manufaktur maupun retail mengurangi sampah plastik.
“Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa gerai siap saji yang mempunyai jaringan restoran di seluruh Indonesia sudah tidak lagi menggunakan sedotan di seluruh gerainya (McD, KFC, Boga Group),” kata Novrizal.
Di samping itu, beberapa gerai makanan dan minuman lain yang berjualan di mall dan kota besar juga sudah tidak menyediakan sedotan plastik.
KLHK melihat respon konsumen terhadap pembatasan sedotan plastik cukup baik. Konsumen yang sebagian besar generasi millenial (gen Y dan Z) menerima. Kelompok ini mulai peduli mengurangi sampah plastik dan sampah sedotan plastik.
Selain itu kata Novrizal para produsen, baik manufaktur maupun retail sudah mulai menunjukkan niat baik. Produsen memiliki rencana kerja mengurangi sampah kemasan berbahan plastik sekali pakai termasuk sedotan plastiknya.
“Inisiatif produsen untuk mengganti sedotan pada kemasan minuman kotak karton yang biasanya disertai sedotan plastik, diganti dengan sedotan berbahan non plastik yang dapat didaur ulang. Inisiatif ini mulai produk Milo lakukan dalam kemasan karton,” paparnya
KLHK terus mendorong para produsen untuk mengurangi sampah kemasan produknya yang berbahan plastik sekali pakai dalam kurun waktu dalam 10 tahun mendatang. Komitmen ini tertuang melalui peta jalan pengurangan sampah oleh produsen yang mulai berimplementasi tahun 2022.
Terkait pelarangan produksi penghasil sampah plastik seperti harapan YLKI, Novrizal mengatakan KLHK sudah mengeluarkan Peraturan Menteri LHK No 75 Tahun 2019. Aturan mendesain arah pengurangan sampah dan akan bertahap (phasing out) 1 Januari 2030.
Penulis : Ari Rikin