Jakarta (Greeners) – Dampak pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh PT Pertamina (Persero) sejak tanggal 18 Agustus 2014 lalu masih terus terasa hingga saat ini. Hal tersebut dapat terlihat dari antrian panjang di banyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di berbagai wilayah di Indonesia dan ditutupnya SPBU oleh papan bertuliskan ‘Premium Habis’.
Fenomena antrian panjang dan habisnya persediaan BBM bersubsidi seperti memperlihatkan kita bahwa begitu ketergantungannya masyarakat terhadap BBM bersubsidi. Bahkan saat BBM bersubsidi dikurangi pasokannya, masyarakat masih rela mengantri panjang dan mengeluarkan uang lebih untuk membeli BBM non-subsidi.
Media lingkungan hidup dan gaya hidup ramah lingkungan, Greeners.co yang sedang melakukan aksi reportase dari Jakarta menuju Bali dan melintasi 9 kota menggunakan sepeda dengan nama Journalism On Bike, mengaku telah beberapa kali melihat SPBU yang penuh dengan antrian kendaraan bermotor di beberapa tempat yang mereka lewati.
Pemimpin Redaksi Greeners Syaiful Rochman mengatakan bahwa di beberapa SPBU di daerah Buntu sampai Gombong, Banyumas, terjadi antrian panjang kendaraan bermotor hingga menyebabkan kemacetan di jalan raya.
“Di daerah dalam kota, hampir semua SPBU itu antriannya panjang sekali bahkan hingga Jogja,” ungkap Syaiful dalam pesan singkatnya, Jakarta, Kamis (28/08).
Fenomena ini, menurut Syaiful, menunjukan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama untuk konsumsi kendaraan bermotor. Kondisi terbatasnya pasokan BBM seperti saat ini, lanjutnya, telah membuktikan bahwa Indonesia sudah harus mulai beralih ke sumber energi alternatif.
“Jangan sampai kita terus bergantung 100 persen terhadap BBM,” katanya.
Terkait masalah transportasi, Syaiful juga mengatakan bahwa masyarakat sudah harus mulai memanfaatkan transportasi publik dan menuntut penyediaan yang layak terhadap transportasi publik.
“Sudah saatnya masyarakat kembali ke sepeda khususnya untuk perjalanan dengan jarak di bawah 1 kilometer,” tambahnya.
Senada dengan Syaiful, ahli transportasi internasional, Danang Parikesit juga menyatakan bahwa ketergantungan masyarakat akan BBM sudah semakin besar dan seperti sulit dikontrol. Masyarakat seperti terbuai dengan bahan bakar fosil dan enggan untuk kembali ke moda transportasi tanpa mesin.
Menanggapi aksi Journalism on Bike, Danang mengapresiasi aksi tersebut karena mengajarkan masyarakat untuk kembali bersepeda dan membudayakan hidup sehat dengan bersepeda.
“Untuk transportasi dengan jarak yang dekat, sepeda memang sudah mulai harus dimanfaatkan kembali. Sekarang ini banyak orang yang kemana-mana, bahkan dalam jarak yang dekat saja, menggunakan sepeda motor,” ungkapnya.
Berdasarkan informasi terakhir pada Kamis malam (28/08), tim Journalism On Bike telah mencapai Yogyakarta dan mulai berkumpul bersama dengan komunitas lingkungan serta komunitas sepeda di sana.
(G09)