Pasuruan (Greeners) – Setiap musim hujan, sebagian besar wilayah di Pasuruan selalu dilanda banjir. Banjir “langganan” di daerah Tapal Kuda Jawa Timur disebabkan sejumlah faktor diantaranya berkurangnya hutan, pendangkalan dan penyempitan sungai dan pasang surut air laut.
Pasuruan dilalui sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) besar antara lain Sungai Kedunglarangan, Sungai Rejoso, Sungai Welang, Sungai Petung dan Sungai Gembong. Sungai-sungai ini berhulu di kawasan Gunung Arjuna-Welirang dan Gunung Bromo dan bermuara di laut utara Jawa. Belum termasuk sungai-sungai kecil yang juga terus mengalami pendangkalan.
Luapan sungai-sungai tersebut dipastikan menyebabkan banjir di sejumlah kecamatan antara lain Beji, Bangil, Kraton, Grati, Nguling, Winongan, Rembang, Pohjentrek, Kejayan di Kabupaten Pasuruan. Selain itu, dua kecamatan di Kota Madya Pasuruan, Gadingrejo dan Bugulkidul, juga banjir jika Sungai Gembong, Petung atau Welang meluap.
BACA JUGA: 108 DAS di Indonesia Dalam Kondisi Kritis
Banjir Pasuruan tidak hanya merendam pemukiman. Sejumlah ruas jalan raya juga terendam sehingga mengganggu transportasi. Jalan Raya Tambakrejo, Kecamatan Kraton, misalnya, selalu terendam banjir saat Sungai Welang meluap sehingga kerap melumpuhkan jalur pantura Surabaya – Banyuwangi.
“Ada tiga faktor utama menyebabkan wilayah ini selalu banjir setiap musim hujan. Pertama penyempitan dan pendangkalan sungai, berkurangnya hutan di hulu sehingga air langsung turun saat hujan lebat, dan kondisi pasang surut air laut,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana, Sabtu (12/11/2016).
Tiga faktor di atas, lanjut Bakti, belum termasuk buruknya drainase di sejumlah lokasi dan kebiasaan buang sampah sembarangan. Di sejumlah lokasi, kata Bakti, banjir tak selalu akibat sungai meluap. Hujan lebat juga menyebabkan banjir karena drainase yang buruk.
“Masalah banjir ini sangat kompleks, butuh masterplan untuk menanganinya. Harus ada mitigasi struktural dan non struktural,” jelas Bakti.
Mitigasi struktural diantaranya melakukan normalisasi sungai-sungai besar yang melintasi Pasuruan yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Menurut Bakti, Pemprov Jatim yang harus melakukan normalisasi karena jika dilakukan pemerintah kabupaten atau kota maka akan menyalahi aturan.
Up Date Informasi
Terkait berkurangnya hutan, menurut Bakti, banyak pihak yang harus harus duduk bersama antara lain pihak Tahura, Perhutani dan Badan Lingkungan Hidup. Selain hutan yang terus menyusut di kawasan Gunung Arjuna-Welirang dan Bromo, jalur sungai di wilayah Kecamatan Prigen, Pandaan, Sukorejo, Purwosari, Purwodadi bahkan Kecamatan Lawang di Kabupaten Malang juga gundul.
“Kami selama ini menjalankan fungsi tanggap darurat seperti evakuasi, membantu penyediaan logistik dan membantu perbaikan kerusakan rumah dan infrastruktur. Jika ada kerusakan baik rumah warga maupun fasilitas umum, kami hanya berwenang melakukan usulan ke pihak terkait untuk ditindaklanjuti,” terangnya.
BACA JUGA: Banjir Bandang Bisa Dicegah dan Dihindari
Menghadapi ancaman banjir musim hujan 2016 ini, Bupati Pasuruan HM Irsyad Yusuf memerintahkan para camat dan kepala desa terus siaga dan memperbarui informasi potensi bencana. Ia meminta semua camat terhubung ke seluruh kepala desa dengan handy talky (HT).
“Saya minta camat dan kepala desa up date informasi setiap satu jam sekali, biar dampak bencana bisa diantisipasi sehingga tak timbul korban. Yang penting tak ada korban jiwa,” kata Bupati Irsyad saat ditemui di Pendopo Nyawiji Ngesthi Wenganing Gusti.
Ia juga memerintahkan kepala-kepala dinas terkait untuk lebih cepat merespon laporan atau keluhan terkait bencana. Jika terdapat rumah yang rusak, BPBD harus cepat mengusulkan perbaikan, dan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah juga harus cepat mencairkan anggaran.
Sementara Wali Kota Pasuruan Setiyono meminta agar Pemerintah Provinsi Jatim segera melakukan normalisasi sungai-sungai. “Kami berharap Pemprov melakukan normalisasi. Pemerintah Kota juga akan merancang pembangunan drainase yang baik untuk mencegah banjir,” kata Setiyono.
Penulis: MA/G12