Jakarta (Greeners) – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan penyakit cacar monyet (monkeypox) terkonfirmasi di Indonesia menyusul satu kasus positif di Jakarta. Antisipasi penyebaran monkeypox krusial agar penyakit ini tak mewabah.
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyatakan, potensi mewabahnya penyakit ini sulit untuk dicegah. Utamanya, di dalam kelompok-kelompok yang berisiko, seperti pekerja seks yang juga negara-negara lain alami.
“Yang harus kita upayakan bahwa jangan sampai menyebar keluar maupun dalam kelompok itu,” katanya kepada Greeners, Senin (22/8).
Terlebih, sambung dia jangan sampai kasus ini menyebar ke populasi umum dan kelompok rawan, seperti anak-anak, ibu hamil hingga lansia. Jika kasus ini sudah menyebar ke kelompok ini maka potensi penyebarannya akan semakin meluas. “Kalau sudah menyebar dan merebak secara luas maka potensi endemik benar-benar ada di Indonesia. Ini yang perlu kita antisipasi,” ungkapnya.
Ia menyarankan, pentingnya tracing dengan memastikan kontak erat fisik pasien monkeypox selama tiga minggu terakhir. Bangun strategi komunikasi risiko agar orang-orang yang berpotensi terpapar mau bersikap terbuka. “Karena kuncinya di situ, penemuan kasus secara cepat, tepat agar tak terbangun stigma,” imbuhnya.
Respon Cepat Kasus Cacar Monyet
Dalam kasus-kasus awal seperti ini, Dicky mengusulkan agar terbangun respon cepat, tepat dan kuat. Lalu isolasi satu hingga 10 kasus awal secara terpusat oleh pemerintah, baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Langkah ini sekaligus sebagai monitoring dalam konteks kasus di Indonesia.
“Termasuk bagaimana karakter gejala dan strategi efektif dalam membangun literasi pada publik pada kelompok-kelompok berisiko. Misalnya, jika terpapar harus karantina selama tiga minggu agar efektif,” paparnya.
Selain isolasi, ia juga menekankan pentingnya pemberian vaksinasi. Strategi vaksinasi dengan melibatkan kontak erat kurang dari dua minggu. Bahkan, sambung dia kalau perlu dua lapis.
Tak hanya peningkatan surveilans pada kelompok berisiko, tapi juga pada fasilitas kesehatan, seperti dokter penyakit kulit, kelamin hingga kelenjar getah bening. Mereka bisa menjadi sumber data surveilans monkeypox.
“Harus ditingkatkan surveilans-nya, baik praktisi kesehatan swasta maupun klinik dan rumah sakit. Selain deteksi dini, mereka juga melaporkan,” tegasnya.
Potensi Penyebaran Monkeypox ke Hewan
Monkeypox adalah infeksi Orthopox virus yang menyebabkan kelainan di kulit. Penyebutan cacar monyet karena temuan kasus pertama pada monyet. Sebagian besar gejala monkeypox di antaranya keluhan kelainan di bagian kulit muka, mulut, kelamin, anus, tangan dan kaki diikuti pembengkakan kelenjar getah bening, demam, lemah, nyeri otot dan sendi.
Dicky juga mengingatkan potensi penyebaran penyakit ini pada hewan. Indonesia memiliki spesies hewan yang sangat banyak dan beragam. Risiko bahwa monkeypox dapat membentuk reservoir hewan di daerah non endemik sangat tinggi sehingga dapat memicu wabah di masa depan.
“Pemantauan perubahan demografi dan gejala pasien yang terkena dan kemungkinan kejadian lompatan ke satwa liar atau hewan peliharaan sangat penting untuk dievaluasi risikonya,” tuturnya.
Kasus Pertama Terkonfirmasi di Indonesia
Sebelumnya, satu pasien monkeypox berasal dari Jakarta yaitu laki-laki berusia 27 tahun dengan riwayat perjalanan Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis (22 Juli- 8 Agustus 2022). Ia bergejala berupa cacar atau ruam-ruam di bagian muka, telapak kaki dan tangan dan dinyatakan positif pada 19 Agustus 2022.
Dalam keterangannya, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengimbau agar masyarakat tak panik karena daya tular dan fatalitas cacar monyet sangat rendah dibanding Covid-19. Saat ini ada 39.718 kasus konfirmasi cacar monyet di seluruh dunia. Namun yang meninggal hanya 12 orang, atau kurang dari 0.001 % dari total kasus.
Selain itu, transmisi monkeypox tak semudah Covid-19 melalui droplet di udara. “Penularan monkeypox melalui kontak erat,” ujar dia.
Saat ini Dinas Kesehatan DKI Jakarta bersama Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes melakukan surveilans kepada masyarakat atau kontak erat dengan pasien tersebut.
Sebagai bentuk kewaspadaan, Kemenkes melakukan pemantauan intensif di seluruh pintu masuk Indonesia. Baik dari udara, laut, maupun darat yang berhubungan dengan negara-negara dengan kasus monkeypox. Setidaknya 89 negara telah melaporkan kasus penyakit ini.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin