Balikpapan (Greeners) – Terjadi pencemaran minyak di perairan Teluk Balikpapan. Kejadian bermula pada Sabtu (31/03), pukul 02.00 WITA, di wilayah pesisir Barat dan Selatan kota Balikpapan saat arus air laut pasang. Sampai berita ini diterbitkan, kronologi dan penyebab tumpahan minyak masih diselidiki oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan dan Ditjen Penegakan Hukum KLHK. Dampak langsung yang dirasakan masyarakat adalah timbulnya bau asam namun belum ditemukan dampak lingkungan pada biota laut.
Kepala DLH Kota Balikpapan Suryanto mengatakan, atas insiden ini, pada pukul 08.30 – 10.00 WITA tim dari DLH Kota Balikpapan telah melakukan pengamatan di wilayah Balikpapan Barat dan menemukan sebaran lapisan minyak yang berada di perairan Kampung Atas Air, Kelurahan Margasari, sampai ke Pelabuhan Pelindo di Kampung Baru Ujung, Kelurahan Baru Ulu. Pada wilayah Balikpapan bagian Selatan terdapat lapisan minyak di area perairan Pantai Melawai atau Pantai Wisata Balikpapan.
“Estimasi radius sebaran tumpahan minyak dari pesisir pantai ke arah laut sejauh 0.5 – 1 km, sepanjang lebih kurang 5 km dari arah Selatan ke Barat. Sebarannya juga terpencar-pencar tidak menyeluruh ke semua pantai,” ujar Suryanto saat dihubungi Greeners, Minggu (1/04/2018).
BACA JUGA: Penangkapan Berlebihan Ancam Populasi Hiu dan Pari di Indonesia
Untuk investigasi lebih lanjut titik konsentrasi pengamatan Tim Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Balikpapan telah melakukan sampling di Kampung Atas Air Kelurahan Margasari pada dua titik dengan titik koordinat Sampel 1 (lokasi seberang gazebo atau jembatan) LS 01⁰14’17” dan BT 116⁰49’12” jam pengambilan sampel 09.30 WITA dan Sampel 2 (lokasi di area gazebo) LS 01⁰14’17” dan BT 116⁰49’12” jam pengambilan sampel 09.37 WITA.
“Sebaran minyak ini masih belum tahu penyebabnya dari mana, maka itu sampai saat ini masih dalam investigasi. Mungkin ada yang bilang minyak itu dari PT Pertamina tapi kita tidak mau langsung menuduh. Tragisnya memang ada 2 korban tewas karena perahunya terbakar, hal ini juga masih kita investigasi, tapi kami menduganya memang ada kaitannya dengan sebaran minyak karena perahu ini terbakar pada lokasi penyebaran minyak,” ungkap Suryanto.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, lanjut Suryanto, dampak lingkungan pada biota perairan tidak ditemukan, dampak langsung terhadap masyarakat adalah bau terutama di wilayah barat dan selatan Kota Balikpapan. Untuk lokasi persebaran bau, dalam radius 2-5km (tergantung dominan arah angin).
“Belum ditemukan dampak terhadap biota laut seperti ikan yang mengapung tapi kalau plankton mungkin ada, karena pesebaran minyak hanya di permukaan saja tidak sampai ke dasar laut. Sampai saat ini pun pembersihan masih terus dilakukan,” jelasnya.
BACA JUGA: Walhi Jatim Pertanyakan Komitmen Calon Gubernur terhadap Pemulihan Kualitas Air
Keterangan yang didapat Greeners dari laporan DLH kota Balikpapan, untuk wilayah perairan Kampung Atas Air Margasari, pada pukul 15.00 WITA, PT Pertamina RU V telah berkoordinasi dengan Kelurahan, LPM dan warga setempat. Dari koordinasi tersebut disepakati pemberian bantuan 100 masker 3M untuk mengurangi dampak bau, penanggulangan pencemaran minyak secara mandiri dengan bantuan berupa oil dispersant untuk pemecah minyak di perairan, dan 2 unit sprayer.
Untuk wilayah perairan yang mengarah ke arah barat pesisir sampai dengan pelabuhan Pelindo (Kampung Baru Ujung), pada pukul 16.00 WITA dilakukan pengendalian pencemaran oleh Lindungan Lingkungan Perairan – Marine MOR VI dengan menyemprotkan oil dispersant menggunakan 2 perahu/kapal.
“Imbauan untuk masyarakat sudah dikeluarkan seperti tidak melakukan aktivitas apapun di wilayah persebaran minyak, memancing, berenang, dan kami juga memasang larangan merokok di pinggir pantai,” pungkas Suryanto.
Penulis: Dewi Purningsih