Teladani Kesederhanaan dan Kepedulian Lingkungan Paus Fransiskus

Reading time: 3 menit
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. Foto: Humas Setkab/Rahmat
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. Foto: Humas Setkab/Rahmat

Jakarta (Greeners) – Kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia pada 3–6 September 2024 menciptakan momen bersejarah. Ia mengirimkan pesan persatuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, termasuk umat Katolik dan komunitas lintas agama. Kunjungan Paus tidak hanya menyoroti pentingnya persaudaraan global, tetapi juga memberikan teladan tentang kesederhanaan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Paus Fransiskus menunjukkan contoh nyata dengan tampil sederhana selama kunjungannya ke Indonesia. Ia menolak segala kemewahan yang biasa disediakan bagi pemimpin dunia. Ia lebih memilih untuk terbang dengan pesawat komersial, menginap di Kedutaan Vatikan, dan menggunakan kendaraan sederhana.

Kesederhanaannya telah membawa pesan kuat bagi masyarakat yang menghadapi berbagai tantangan sosial dan lingkungan. Paus Fransiskus memberikan teladan bahwa kepemimpinan sejati tidak diukur dari kemewahan, melainkan dari kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungan.

BACA JUGA: Pembangunan Berbasis Jawa Sentris Picu Bencana Ekologis Pulau Jawa

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Indonesia, Edi Ramawijaya Putra, mengungkapkan bahwa teladan Paus Fransiskus dalam hidup sederhana seharusnya memotivasi masyarakat untuk menggunakan energi secara hemat dan tidak berlebihan.

“Masyarakat juga bisa menggunakan energi dengan hemat, tidak berlebih-lebihan. Bahkan, sebisa mungkin tidak melakukan tindakan yang berpotensi mengeksploitasi alam dan merusak lingkungan serta dimensi ekologis lingkungan kita,” ujar Edi lewat keterangan tertulisnya, Jumat (6/9). 

Edi menambahkan, agama merupakan faktor penting dalam mendorong partisipasi aktif terhadap pelestarian lingkungan, penggunaan energi bersih, dan upaya menghadapi perubahan iklim. Baginya, kedatangan Paus Fransiskus memberikan revitalisasi dan inspirasi melalui faith (keyakinan), fraternity (persaudaraan), dan compassion (cinta kasih).

Greenfaith Indonesia berkunjung ke GPIB Paulus. Foto: Greenfaith Indonesia

Greenfaith Indonesia berkunjung ke GPIB Paulus. Foto: Greenfaith Indonesia

Misa Akbar di Gelora Bung Karno dan Dialog Lintas Agama

Pada Kamis, 5 September 2024, Paus Fransiskus memimpin Misa Akbar di Stadion Gelora Bung Karno yang dihadiri ribuan umat Katolik dari seluruh Indonesia. Misa ini menjadi refleksi bagi seluruh peserta untuk mengambil bagian dalam menjaga keberlanjutan alam dan melindungi Bumi. Dalam kesempatan tersebut, Paus Fransiskus menekankan pentingnya tindakan nyata dalam menghadapi perubahan iklim.

Paus Fransiskus juga mengunjungi Masjid Istiqlal dan bertemu dengan Imam Besar Nasaruddin Umar. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas pentingnya kolaborasi lintas agama untuk menghadapi krisis lingkungan.

BACA JUGA: Visi Misi Capres Belum Sentuh Krisis Ekologi

Pemimpin Gereja Katolik Dunia itu menganggap kerusakan lingkungan sebagai krisis kemanusiaan yang harus masyarakat atasi bersama-sama. Pesan yang ia sampaikan bukan hanya untuk umat Katolik, tetapi untuk seluruh umat beragama.

Kendati demikian, Paus Fransiskus juga telah menggarisbawahi pentingnya solidaritas dalam menghadapi perubahan iklim. Hal itu dikuatkan oleh pertemuannya dengan berbagai pemimpin agama. Salah satunya, Dokumen Abu Dhabi, yang ditandatangani Paus Fransiskus bersama Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb pada 2019. Keduanya menyerukan persaudaraan manusia dan penolakan terhadap kekerasan atas nama agama, kini menjadi landasan semangat kolaborasi dalam menjaga alam.

Paus Fransiskus Membawa Pesan Lingkungan

Pada 24 Mei 2015, Paus Fransiskus, juga telah mengeluarkan ensiklik dengan judul ‘Laudato Si’. Ensiklik ini berfokus pada lingkungan dan tanggung jawab manusia terhadap Bumi.

Dalam ensiklik ini, ia menyoroti berbagai krisis lingkungan global, seperti pemanasan global, kerusakan lingkungan, pencemaran, dan penurunan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, ia terus memperingatkan bahwa tindakan manusia telah merusak bumi dan mempengaruhi keseimbangan ekosistem.

Menurut Sekretaris Umum Dewan Pengurus Nasional Pemuda Agama Khonghucu Indonesia, Aldi Destian Satya, ‘Laudato Si’ mengingatkan kita bahwa semua orang menghadapi masalah yang sama terkait lingkungan. Salah satunya adalah perubahan iklim yang tidak menentu, panas ekstrem, dan bencana ekologis di berbagai daerah.

“Berbicara lingkungan sama dengan berbicara kemanusiaan. Kehadiran Paus juga menjadi pengingat kita bersama agar terus berbuat baik terhadap kelestarian bumi sebagai rumah kita bersama yang perlu kita jaga,” ungkap Aldi. 

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top