Jakarta (Greeners) – Peringatan Refuse Single Use Day setiap 6 Januari menjadi simbol penolakan barang sekali pakai. Khususnya, soal penggunaan plastik sekali pakai yang berujung menjadi tumpukan sampah di lingkungan. Oleh sebab itu, perlu penguatan komitmen guna ulang di Indonesia untuk menekan laju sampah pada tahun 2024.
Non Governmental Organization (NGO) Dietplastik Indonesia menyatakan, pada momen 2024 ini perlu penguatan penolakan penggunaan plastik sekali pakai untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan dan minuman, produk kebersihan rumah tangga, dan kosmetik.
Deputy Director Dietplastik Indonesia, Rahyang Nusantara menilai sistem guna ulang ini perlu diiringi dengan membiasakan diri untuk selalu membawa kemasan guna ulang. Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat regulasi untuk mendukung sistem guna ulang di Indonesia.
“Sudah 113 daerah yang memiliki peraturan pembatasan atau pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. Kemudian, ini perlu penegakan dan pengawasan pelaksanaannya supaya dampaknya signifikan untuk lingkungan. Selain itu, perlu perluasan dan penguatan regulasi yang mendorong ekosistem guna ulang sebagai solusi untuk menggantikan plastik sekali pakai,” ujar Rahyang kepada Greeners lewat keterangan tertulis, Senin (8/1).
BACA JUGA: Isi dan Guna Ulang Solusi Tepat Kurangi Plastik
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), total sampah nasional di tahun 2021 mencapai 68,5 juta ton. Sebanyak 17% (sekitar 11,6 juta ton) dari jumlah tersebut berasal dari sampah plastik.
Mirisnya, timbulan sampah mengalami kenaikan pada tahun 2022. Jumlah sampah nasional mencapai 70 juta ton. Sampah yang belum terkelola Direktoral Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (Ditjen PSLB3) pada tahun 2022 tercatat sebanyak 36,48 %.
Reuse Revolution Solusi Konkret
Rahyang menambahkan, reuse revolution menjadi solusi konkret dan paling efektif. Terbukti, Dietplastik Indonesia berhasil mengimplementasikan konsep guna ulang di festival musik.
“Guna ulang sangat bisa terimplemntasi. Sebagai contoh, kami melakukan uji coba pelaksanaan protokol guna ulang untuk salah satu konser musik di Bali pada November tahun lalu. Kami berhasil menghindari penggunaan 3.000 buah plastik sekali pakai yang terdiri dari piring, mangkuk, alat makan, dan wadah minum,” ujar Rahyang.
Produk dan kemasan yang mereka sediakan setidaknya bisa untuk dua kali guna ulang. Bahkan, upaya tersebut telah mengurangi timbulan sampah pada konser musik yang lebih rendah 40% daripada konser-konser pada umumnya.
KLHK Lakukan Kajian Guna Ulang
Guna ulang merupakan salah satu solusi yang pemerintah atur untuk dalam upaya pengurangan sampah. Dalam menguatkan sistem guna ulang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Dietplastik Indonesia, terus melakukan kajian peta jalan pengurangan sampah melalui sistem guna ulang oleh produsen.
“Ini merupakan penguatan dan penjelasan lebih lanjut untuk mengatur upaya pemanfaatan ulang, seperti tertera dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang pengurangan sampah oleh produsen,” tambah Rahyang.
Kajian yang berlangsung sejak tahun 2022 ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, khususnya produsen. Sampai saat ini, kajian masih akan terus berlanjut hingga menjadi naskah akademik yang komprehensif.
Produsen Perlu Tinggalkan Kemasan Sachet
Timbulan sampah di Indonesia tidak terlepas dari sampah kemasan yang produsen hasilkan. Produsen pun perlu tanggung jawab untuk mengelola sampah kemasan yang mereka hasilkan. Sebagai langkah awal, produsen harus memprioritaskan meninggalkan produk kemasan sachet dan plastik sekali pakai lainnya.
Sementara itu, berdasarkan riset Litbang Kompas dan Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC), di enam kota besar di Indonesia pada tahun 2022, kemasan plastik kecil masih mendominasi pembuangan akhir sampah.
Serpihan kemasan produk berbagai brand, termasuk sampah botol dan cup minuman dalam kemasan masih mendominasi timbulan sampah. Khususmya, di berbagai site dan rantai jalur sampah, termasuk di TPA pada enam kota besar.
BACA JUGA: Praktik Guna Ulang Solusi Kurangi Sampah Plastik dan Krisis Iklim
“Produsen mulai investasi atau mengubah bisnisnya menjadi guna ulang dengan bekerja sama dengan titik distribusi seperti supermarket, pasar, warung, atau e-commerce. Hal itu untuk menyediakan stasiun isi ulang dan system logistic yang memungkinkan konsumen mengembalikan kemasan kosongnya,” kata Rahyang.
Sementara itu, konsumen pun perlu membiasakan diri untuk konsisten membawa tas belanja sendiri, wadah makanan dan minuman sendiri. Wadah tersebut bisa untuk makanan dan minuman take away, serta untuk membeli produk di toko curah.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia