Jakarta (Greeners) – Tanggul lumpur Lapindo di titik 68 di Desa Gempol Sari, Tanggul Angin, Sidoarjo, Jawa Timur, yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) pada Rabu, 10 September 2014 lalu, kembali jebol.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur, hingga saat ini aliran lumpur panas tersebut sudah semakin deras memasuki rumah penduduk. Upaya BPLS untuk mengalihkan aliran lumpur panas Lapindo ke arah timur pun terkesan sia-sia karena aliran lumpur masih terus mengalir ke wilayah utara Kota Sidoarjo.
Direktur Eksekutif Walhi Jatim, Onny Mahardika menjelaskan bahwa pada hari Rabu pukul 06.00 WIB, aliran lumpur cokelat pekat mulai mengalir ke arah utara menuju perumahan penduduk. Hingga saat ini, genangan air lumpur tersebut masih masuk dan terus meninggi.
“Sekarang itu, ya, kira-kira setinggi lutut saya (orang dewasa) mas,” ujar Onny saat dihubungi oleh Greeners, Jakarta, Sabtu (13/09).
Selain itu, Onny mengutarakan, bahwa ada sekitar puluhan keluarga dari satu Rukun Tetangga (RT) yang dibanjiri luapan lumpur Lapindo tersebut. Puluhan Kepala keluarga tersebut adalah mereka yang tidak mau menerima ganti rugi dari BPLS karena tanah mereka dianggap sebagai tanah kering.
“Sebelumnya, ada sekitar 150 kepala keluarga yang menetap di sini. Namun, sekarang hanya ada puluhan kepala keluarga karena yang lain sudah pindah dan mendapatkan ganti rugi pada tahun 2012 lalu,” tambahnya.
Saat ini, tambah Onny, para penduduk tersebut terpaksa mengungsi setelah air dan lumpur mulai masuk ke dalam rumah dan kondisinya semakin hari semakin meninggi. Jika BPLS gagal menanganinya, tambah Onny, maka perumahan warga di Desa Gempol Sari, Sidoarjo terancam akan terendam banjir lumpur.
Sebagai informasi, jebolnya tanggul lumpur Lapindo ini sudah yang kesekian kalinya terjadi sejak pertama kali lumpur tersebut menyembur pada tanggal 29 Mei 2006 lalu.
Beberapa kasus jebolnya tanggul lumpur Lapindo tersebut ada yang disebabkan oleh tidak kuatnya tanggul menahan aliran lumpur.
(G09)