Konawe (Greeners) – Laju degradasi lingkungan khususnya kerusakan sektor kehutanan berdampak buruk pada kondisi daerah aliran sungai di wilayah daratan Sulawesi Tenggara, yang ditandai penurunan debit air sejumlah sungai dari tahun ke tahun.
Di wilayah Kabupaten Konawe misalnya, laju kerusakan hutan mencapai 1000 hektar per tahun. Dari fakta itu, diprediksi tahun 2026 Kabupaten Konawe yang merupakan daerah perlintasan Sungai Konaweeha akan mengalami krisis air. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian dari Fakultas Kehutanan Universitas Haluoleo yang mendapatkan adanya penurunan debit air di Sungai Konaweeha.
“Potensinya sangat besar dan diprediksi ini mendekati kenyataan mengingat laju penurunan luasan kawasan hutan dari tahun ke tahun sangat cepat dan besar,” kata Labaco S, guru besar Faktultas Kehutanan, Universitas Haluoleo, dalam sebuah diskusi dengan sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen, berapa waktu lalu.
Labaco yang juga Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Sulawesi Tenggara, melanjutkan, potensi tersebut belum dihitung dengan rencana pembangunan bendungan Pelosika yang kini tengah dirintis pembangunannya di wilayah Kabupaten Kolaka Timur. Dengan dibangunnya bendung Pelosika, maka akan lebih mempercepat lagi terjadinya krisis air.
Data Forum DAS terdapat sekitar 722 DAS di Sulawesi Tenggara yang seluruhnya dalam kondisinya memprihatinkan akibat ancaman alih fungsi hutan.
“Ancaman kerusakan harus diwaspadai, fenomena banjir dan musim kering yang terjadi saat ini merupakan dampak. Contoh lain adalah yang terjadi di DAS Wanggu, meski hujan hanya satu jam, warna air sungai langsung berubah sudah keruh, padahal jika melihat bentang panjang sungai dari kawasan hulu ke hilir, maka seharusnya air sungai akan keruh jika hujan turun antara 6-7 jam,” jelasnya.
Kerusakan DAS, kata Labaco akan berimplikasi pada ketersediaan air, khususnya ketersediaan Air tanah. Sementara aliran air permukaan itu tidak direkomendasi dipergunakan atau dikonsumsi. Indeks ketersedian air atau IKA rata-rata, kata Labaco yakni, 16 ribu meter kubik per kapita per tahun.
Dari kondisi tersebut, Labaco berharap adanya beberapa hal yang harus terus dilakukan, yakni, pentingnya rehabilitasi DAS rehabilitasi kondisi lahan, dan peningkatan ekonomi masyarakat serta perbaikan lingkungan. “Saya kira, keseimbangan antara hulu, tengah dan hilir harus diperbaiki. Dan intinya harus bersatu semua komponen memperbaiki kondisi hutan kita,”imbaunya.
(G34)