Jakarta (Greeners) – Kementerian Kesehatan memastikan kalau dua suspek ebola, yaitu M, 29 tahun dari Madiun dan GN, 46 tahun dari Kediri adalah negatif dan kemungkinan besar kedua pasien tersebut mengalami malaria.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan hasil uji laboratorium sampel darah dari kedua pasien yang diduga terserang ebola asal Madiun dan Kediri tersebut adalah negatif.
Ia menyampaikan bahwa pemeriksaan telah dilakukan terhadap sampel darah yang diambil oleh petugas tim kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur selama tiga hari berturut-turut, yakni mulai Jumat hingga Minggu kemarin.
“Ada 8 sampel yang diperiksa, masing-masing mencakup sampel EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid atau asam etilenadiaminatetraasetat) dan sampel serum. Dari pembacaan hasil PCR (polymerase chain reaction) dengan elektroforesis itu, jadi semua dilaporkan ‘no band‘ atau semua sampel dari kasus Madiun dan Kediri hasilnya negatif ebola,” terangnya, Jakarta, Senin (03/11).
Selain itu, Yoga juga menambahkan sesuai dengan apa yang dikatakan Menteri Kesehatan, Nila Moloek, bahwa proses pencegahan sudah dilakukan di Kantor Karantina Pelabuhan. Para Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang baru datang ke Indonesia harus melalui proses karantina selama dua minggu di pelabuhan untuk memastikan bahwa WNA dan WNI tersebut tidak membawa masuk virus berbahaya seperti ebola ke Indonesia.
Seperti diketahui, sebelumnya, M, warga Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mulai dirawat di RSUD dr Soedono sejak Jumat, 31 Oktober 2014. Saat pertama kali masuk RSUD, kondisi pria yang baru saja pulang dari Liberia, salah satu negara endemis ebola, tersebut mengalami penurunan trombosit, demam tinggi, dan gangguan fungsi ginjal. Oleh tim dokter, ia divonis menderita malaria dan sakit lever. M sempat menjalani perawatan di Liberia selama sepekan.
Sedangkan untuk TKI berinisal GN (46) di Kediri dirawat di RSUD Pare dengan keluhan demam. Diagnosis yang didapatkan adalah Acute Febrile Illness atau demam akut, namun pasien harus diisolasi karena punya riwayat bepergian ke daerah terjangkit ebola, yakni Liberia.
Termasuk GN dan M, ada sebanyak 28 TKI pula yang tiba di Indonesia pada 26 Oktober 2014 telah menyelesaikan pekerjaannya di Liberia. Sebelum pulang, para TKI menjalani masa karantina selama 6 hari. Sesampainya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pemeriksaan tidak menunjukkan ada TKI yang sakit.
Serangan virus ebola sampai saat ini terus meluas. WHO menyebut, kematian akibat penyebaran virus ebola di Afrika Barat diketahui telah mencapai 3.000 orang, di mana diperkirakan lebih dari 6.500 orang sudah terinfeksi virus di wilayah tersebut. Dari serangan tersebut, Liberia diketahui sebagai negara yang terkena dampak terburuk, dengan korban tewas mencapai 1.830 orang.
Penyebaran virus ebola cukup cepat. Penyakit ini diketahui muncul dari hutan terpencil di daerah Guinea dan mulai menyebar ke Liberia, Sierra Leone dan Nigeria. Virus ini dicurigai berasal dari kelelawar hutan dan bisa ditularkan ke manusia dengan menyentuh korban atau melalui cairan dalam tubuh, seperti air liur dan darah.
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976 di daerah yang saat ini kita kenal dengan nama Republik Demokratik Kongo. Sampai saat ini diketahui belum ada vaksin atau obat untuk penyakit ini.
Gejala penyakit ini menyerupai flu dengan rasa sakit di dalam dan luar organ tubuh. Penyakit ini diketahui dengan gejala demam yang disertai dengan pendarahan yang bisa memicu gagal ginjal dan hati dengan tingkat kematian hingga 90 persen.
(G09)