Jakarta (Greeners) – Met Office Inggris memprediksi tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas. Suhu rata-rata global bakal naik sekitar 1,2 derajat Celcius. Jika benar, suhu panas di tahun 2023 mengalahkan rekor suhu serupa di tahun 2016.
Kenaikan suhu tersebut akan menambah deretan rekam jejak suhu rata-rata global yang naik 1 derajat Celcius di atas suhu praindustri tahun 1850-1900.
Sebelumnya, rekor tahun panas saat ini terjadi pada tahun 2016. Di tahun itu, pola iklim El Nino di Pasifik telah mendorong suhu global di atas tren pemanasan global.
“Tanpa El Nino sebelumnya untuk meningkatkan suhu global, 2023 mungkin bukan tahun yang memecahkan rekor. Tetapi dengan latar belakang peningkatan emisi gas rumah kaca global yang terus berlanjut, kemungkinan tahun depan akan menjadi tahun penting lainnya dalam seri ini,” kata Kepala Prediksi Jarak Jauh di Met Office Adam Scaife, seperti dilansir The Guardian, Rabu (21/12).
La Nina Meluruh
Dr Nick Dunstone yang telah memimpin perkiraan suhu global 2023 mengatakan, suhu global dalam tiga tahun terakhir dapat pengaruh dari La Nina yang berkepanjangan. Suhu permukaan laut menjadi lebih dingin dari rata-rata yang terjadi di Pasifik tropis. La Nina memiliki efek pendinginan sementara pada suhu rata-rata global.
Namun untuk tahun depan, model iklim menunjukkan berakhirnya La Nina yang terjadi tiga tahun berturut-turut. Kondisi akan kembali relatif lebih hangat di beberapa bagian Pasifik tropis.
Tahun lalu, Met Office memperkirakan kenaikan suhu global tahun 2022 akan berada antara 0,97 derajat Celcius dan 1,21 derajat Celcius di atas tingkat praindustri. Sementara itu data hingga Oktober menunjukkan suhu sekitar 1,16 derajat Celcius di atas era praindustri.
Kenaikan Suhu Panas Terus Terjadi
Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kadarsah memperkirakan kenaikan suhu bumi tahun 2023 bisa saja mengalahkan rekor terpanas tahun 2016.
Mengacu data BMKG, tahun terpanas di Indonesia pada tahun 2016, mengalami kenaikan 0,8 derajat Celcius. Lalu pada tahun 2019 naik 0,6 derajat Celcius, dan tahun 2020 naik 0,7 derajat Celcius.
Untuk suhu normal udara tahun 1981-2010 di Indonesia rata-rata 26,6 derajat Celcius. Sementara angka rata-rata pada tahun 2020 meningkat menjadi 27,3 derajat Celcius.
“Peningkatan suhu pada tahun 2023 bisa saja terjadi mengalahkan rekor tahun 2016. Penyebabnya yaitu peningkatan gas rumah kaca khususnya CO2 dari aktivitas manusia yang semakin meningkat memicu perubahan iklim,” kata dia kepada Greeners, Kamis (22/12).
Selain itu, Kadarsah menyebut semakin maraknya penggundulan hutan, penggunaan energi fosil (batu bara) serta jumlah kendaraan bermotor berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon.
Kadarsah menyebut, perubahan iklim secara langsung dan tidak langsung akan memengaruhi intensitas maupun kekuatan bencana alam, seperti bencana hidrometeorologi di Indonesia.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin