(Greeners.co) – Peningkatan suhu Bumi membawa dampak paling parah bagi kota-kota di Asia. Hasil studi tersebut dikemukakan oleh Verisk Maplecroft, sebuah lembaga analis bisnis global, pada Rabu, 12 Mei 2021. Maplecroft menyebut, krisis iklim dan kerusakan lingkungan lebih rentan terjadi di kota Jakarta, Delhi, Chennai, dan Wuhan daripada daerah lain di dunia.
Analisis ini secara khusus melihat risiko akibat adanya bisnis-bisnis yang beroperasi dan berinvestasi di berbagai pusat kota. Risiko ancaman tersebut meliputi faktor polusi udara, krisis air, suhu panas ekstrem, dan krisis iklim. Sebanyak 99 dari 100 kota yang paling rentan berada di Asia. Jakarta menempati peringkat pertama dan kota-kota di India mengikuti setelahnya.
Kepala Riset Lingkungan dan Perubahan Verisk Maplecroft, Will Nichols, menuturkan bahwa Jakarta merupakan kota yang paling berisiko dari 414 kota di dunia. Dengan populasi lebih dari 10,5 juta penduduk, ibu kota juga rentan tenggelam. Penyebabnya sama dengan kota-kota pesisir di dunia, yakni kenaikan permukaan laut. Tak hanya itu, kota metropolitan ini memiliki masalah pasokan air dan polusi udara.
“Mayoritas kota mengalami kerugian produktivitas yang besar, biaya pemulihan yang tinggi, dan adanya korban akibat suhu yang meningkat.”
Polusi udara dan air juga merupakan masalah akut terutama di kota-kota di India. Dalam indeks risikonya, riset Maplecroft menempatkan Delhi, Chennai, Agra, dan Kanpur di peringkat 10 besar kota di dunia yang paling berisiko mengalami bencana lingkungan dan perubahan iklim.
Sejumlah kota di Cina, Manila, Bangkok, dan Kota Karachi di Pakistan memiliki nilai buruk. Kota-kota lain yang berada di luar Asia pun tidak lepas dari dampak meningkatnya krisis lingkungan maupun krisis iklim ini.
“Penduduk London mungkin membayangkan hari-hari yang hangat di taman dan kafe Italia, tetapi nyatanya mayoritas kota mengalami kerugian produktivitas yang besar, biaya pemulihan yang tinggi, dan adanya korban akibat suhu yang meningkat” tulis riset Verisk Maplecroft dikutip dari climatenewsnetwork.net.
Memperkirakan Risiko
Sektor bisnis diharapkan menyadari situasi dan memperkirakan risiko dari pemilihan lokasi maupun aktivitas investasi di berbagai pusat kota. “Seberapa baik organisasi global mengelola peningkatan krisis iklim dan lingkungan, merupakan salah satu faktor terpenting dalam menentukan ketahanan jangka panjang mereka,” tulis riset tersebut.
Para pelaku sektor bisnis juga perlu mempertimbangkan isu-isu hukum. “Seiring semakin cepatnya pengembangan regulasi tentang karbon, kewajiban hukum terkait iklim juga menjadi lebih mainstream.”
Umumnya, kota-kota di Kanada dan Selandia Baru memiliki nilai lebih baik berdasarkan indeks Verisk Maplecroft. Sejumlah kota di Eropa juga mendapatkan penilaian serupa.
Kota Istanbul di Turki dan Jeddah di Arab Saudi tak mendapat skor yang baik. Sementara Kairo, Ibu Kota Mesir yang berpenghuni hampir 10 juta manusia mendapat nilai yang baik. Khususnya berkat kualitas udara yang bersih dan akses pasokan air yang lebih baik.
Daya Tarik Wilayah Utara
Di Afrika, Lagos, sebuah kota metropolitan padat di Nigeria dan Kota Kinshasa di Republik Demokratik Kongo, mendapat nilai rendah. Di Amerika Selatan, Kota Gurun Lima, Ibu Kota Peru, sedang menghadapi kekurangan air yang parah dan masalah lingkungan lain.
Terdapat banyak bukti bahwa ikan dan makhluk hidup lain sedang bergerak ke utara karena meningkatnya suhu laut dan daratan. Tumbuhan pun sedang menyesuaikan diri terhadap pemanasan global.
Penelitian Verisk Maplecroft juga menilai bahwa Eropa dan Kanada merupakan tempat berlindung yang aman dari risiko lingkungan. Meskipun begitu, perusahaan atau pihak-pihak yang berkepentingan tak bisa begitu saja pindah ke sana. “Mereka perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti pasar tenaga kerja, keamanan, situasi hak asasi manusia, dan dukungan pemerintah setempat,” ucap Nichols.
Helsinki, Ibu Kota Finlandia, mendapat angka bagus dalam indeks tersebut. Vancouver dan Ottawa di Kanada serta Krasnoyarsk di Siberia pun mendapat skor yang cukup baik.
Kabar baik juga datang bagi mereka yang berencana menuju Glasgow untuk menghadiri Konferensi Iklim COP-26 tahun ini. Berdasarkan penelitian serupa, Kota Skotlandia yang terkenal dingin dan memiliki tingkat kelembapan rendah merupakan salah satu wilayah di antara kota-kota lain di dunia yang paling sedikit terpapar bahaya krisis iklim.
Diterjemahkan oleh : Barli Kifli
Sumber :