Sudah Saatnya Masyarakat Kedepankan Guna Ulang saat Belanja

Reading time: 3 menit
Ilustrasi belanja dengan wadah guna ulang. Foto: Freepik
Ilustrasi belanja dengan wadah guna ulang. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Saat ini, kemasan masih menjadi salah satu sumber sampah yang cukup besar. Apalagi hal ini didorong dengan tren transaksi melalui e-commerce yang terus meningkat. Lantas, masyarakat kini perlu mengedepankan konsep isi ulang dan guna ulang dalam aktivitas berbelanjanya.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik pada 2023. Hari Tanpa Kantong Plastik pada 3 Juli ini, telah menjadi momen bagi masyarakat untuk segera mengurangi penggunaan kemasan dan kantong plastik dalam kehidupan sehari-harinya.

Husnul (21), seorang pegawai swasta, termasuk salah satu yang berupaya mengurangi sampah. Kini, membawa tas belanja guna ulang sudah menjadi kebiasaan Husnul saat berbelanja.

“Setiap mau belanja langsung otomatis bawa kantong belanja aja. Kebiasaan itu otomatis jadi terbentuk karena aku merasa itu sebagai upaya aku mengurangi sampah dan aku gak mau menumpuk kantong dari supermarket. Atau semisal aku belanja di warung, aku gak mau kantong plastik numpuk di rumah aku. Kan ujung-ujungnya itu bakal jadi sampah,” kata Husnul kepada Greeners, Selasa (2/7).

Deputy Director Dietplastik Indonesia, Rahyang Nusantara mengatakan apabila masyarakat menggunakan wadah dan kantong belanja guna ulang secara bersama-sama dalam lingkup yang luas, maka upaya tersebut akan berampak besar bagi lingkungan.

“Dampaknya akan jauh lebih signifikan dalam upaya menyelamatkan lingkungan hidup dari sampah plastik, apabila sistem rantai pasok dapat mengadopsi pengemasan bebas plastik dan mengedepankan konsep isi ulang dan guna ulang,” ungkap Rahyang.

Ilustrasi wadah guna ulang. Foto: Freepik

Ilustrasi kantong plastik. Foto: Freepik

100 Daerah Larang Penggunaan Kantong Plastik

Menurut Rahyang, kantong plastik merupakan barang yang paling mudah untuk dikurangi, bahkan dilarang penggunaannya. Saat ini, 100 daerah di Indonesia baik provinsi maupun kota atau kabupaten telah melarang penggunaan kantong plastik.

“Beberapa di antaranya bahkan mengatur jenis plastik sekali pakai lainnya, seperti busa polistirena dan sedotan,” kata Rahyang.

Namun, lanjut Rahyang, mengurangi kantong plastik saja tidak cukup. Jenis-jenis plastik sekali pakai lainnya juga perlu pemerintah atur. Misalnya, busa polistirena, sedotan, alat makan, piring, mangkok, gelas plastik, saset, dan plastik lain yang sering masyarakat temukan.

Apabila plastik sekali pakai terus masyarakat gunakan, plastik tersebut akan menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Bahkan, bisa memperparah pencemaran di sungai dan laut.

Demi memerangi sampah plastik sekali pakai, Dietplastik Indonesia juga terus melakukan advokasi kepada pemerintah di tingkat nasional dan lokal. Mereka mendorong agar pemerintah bisa memiliki peraturan pembatasan sekali pakai dan menegakkan aturannya.

“Kami juga mendorong sistem isi ulang dan guna ulang sebagai solusi dari plastik sekali pakai. Kemudian, bekerja sama dengan UMKM dan startup untuk mempromosikan model bisnis isi ulang dan guna ulang seperti pada program Gerakan Guna Ulang,” kata Rahyang.

Perluas Fasilitas Isi Ulang Air Minum

Sementara itu, membawa tumbler kekinian kini sudah menjadi tren di kalangan anak muda. Tren ini telah membawa kebiasaan yang baik.

Sebagai anak muda, Husnul pun mengikuti kebiasaan baik tersebut. Husnul mengungkapkan, membawa tumbler merupakan salah satu upaya untuk menghemat uang pembelian air minum dalam kemasan dan mengurangi sampah plastik sekali pakai.

“Melihat banyak orang pada menenteng tumbler yang pada lucu-lucu itu kaya menarik. Terus setelah aku mikir, membawa tumbler itu juga bisa menghemat pembelian air minum dalam kemasan sekali pakai. Ya sudah dari situ, aku merasa bisa hemat dan sampah yang aku hasilkan juga jadi lebih sedikit, walaupun kadang kalau lagi pergi, aku masih merasa fasilitas isi ulang air minumnya masih kurang. Jadi, ya, kalau sudah habis, mau gak mau, kadang aku beli air minum dalam kemasan terus aku masukin ke tumbler,” ucapnya.

Namun, berdasarkan pengamatan Rahyang, kini fasilitas tempat air isi ulang sudah hadir di beberapa tempat. Misalnya, di bandara, stasiun kereta api, dan taman kota. Masyarakat yang membawa tumbler kini dapat mudah untuk melakukan isi ulang air minum.

“Bahkan, ada beberapa festival musik memiliki fasilitas isi ulang air minum. Tentunya ini perlu diperluas, karena menyediakan fasilitas isi ulang air minum menjadikan layanan dasar dan standar pelayanan minimun yang disediakan pemerintah untuk masyarakat,” imbuhnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top