Studi Global Ungkap Status Populasi Penyu Laut Membaik

Reading time: 2 menit
Penyu laut. Foto: Brian J. Hutchinson/Oceanic Society
Penyu laut. Foto: Brian J. Hutchinson/Oceanic Society

Jakarta (Greeners) – Upaya konservasi penyu laut selama beberapa dekade menunjukkan hasil menggembirakan. Sebuah studi global terbaru mengungkapkan peningkatan status populasi di berbagai belahan dunia.

Studi ini dilakukan oleh IUCN Species Survival Commission (SSC) Marine Turtle Specialist Group (MTSG) dan terpublikasi dalam jurnal Endangered Species Research dengan judul Updated Global Conservation Status and Priority for Marine Turtles. Penelitian multi-tahun tersebut mengevaluasi 48 populasi penyu laut dari enam spesies yang tersebar secara global.

Dalam prosesnya, hampir 150 pakar dari MTSG yang berasal dari 50 negara turut berkontribusi. Mereka menilai risiko, ancaman, serta kapasitas konservasi untuk tiap populasi spesies tersebut.

BACA JUGA: Perubahan Iklim Bakal Punahkan 37 % Spesies di Tahun 2050

Hasil studi menunjukkan bahwa ancaman terhadap penyu laut telah menurun pada sebagian besar populasi. Lebih dari 40 persen populasi kini terkategori sebagai risiko rendah (low risk)–ancaman rendah (low threat), meningkat signifikan dibandingkan hanya 23 persen pada tahun 2011.

β€œKarya ini menunjukkan dampak mendalam dari upaya konservasi lokal di seluruh dunia. Ini mencerminkan dedikasi banyak individu dan organisasi yang telah bekerja di darat dan di air untuk melindungi pelaut kuno dan ikonik ini,”  kata penulis utama studi tersebut, Bryan Wallace.

Meski begitu, studi ini juga menegaskan bahwa tantangan masih tetap ada. Tangkapan sampingan dari aktivitas perikanan menjadi ancaman paling mendesak bagi penyu laut saat ini.

Selain itu, faktor lain seperti pembangunan pesisir, polusi laut (terutama sampah plastik), perubahan iklim, serta pengambilan langsung terhadap penyu dan telurnya juga menjadi risiko yang serius. Oleh karena itu, masih butuh aksi konservasi yang konsisten dan berkelanjutan.

Populasi Rentan

Dalam kesimpulannya, penulis penelitian mengidentifikasi bahwa sembilan populasi penyu laut, terutama di Samudra Pasifik, termasuk dalam kategori high risk– low threat menurut peringkat dari MTSG. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang lebih terfokus dan mendesak, dibutuhkan di wilayah Pasifik untuk melindungi spesies-spesies ini.

Di sisi lain, banyak populasi spesies tersebut di Samudra Atlantik sebagai low risk-low threat. Ini mecerminkan situasi yang lebih stabil di kawasan tersebut.

Penelitian ini juga menyoroti penyu belimbing, spesies terbesar dan dengan distribusi terluas di antara tujuh spesies penyu laut. Ternyata, penyu ini menonjol sebagai yang paling terancam. Penyu belimbing memiliki skor risiko dan ancaman gabungan tertinggi di antara semua populasi yang diteliti.

BACA JUGA: Ini Strategi BRIN Ungkap Biodiversitas Nusantara di Tahun 2024

Co-chair of the MTSG and president of Oceanic Society, Roderic Mast mengatakan ini adalah berita yang sangat bagus. Menurut dia, konservasi penyu laut selama puluhan tahun telah membuahkan hasil .

β€œNamun, pada saat yang sama, ini adalah panggilan untuk bertindak dan pengingat bahwa kita harus terus melanjutkan pekerjaan yang telah kita lakukan, dan melipatgandakan upaya kita untuk populasi yang paling terancam. Kita membutuhkan lebih banyak pendanaan, kolaborasi yang lebih kuat, dan peningkatan kapasitas konservasi. Terutama di area yang penting bagi penyu laut dan juga menghadapi tantangan sosial-ekonomi,” ujarnya.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top