Peneliti Temukan Spesies Cecak Jarilengkung Baru, Diberi Nama Pecel Madiun

Reading time: 2 menit
Spesies cecak jarilengkung. Foto: BRIN
Spesies cecak jarilengkung. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Tim Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil mengidentifikasi dan mendeskripsikan spesies baru cecak jarilengkung dari genus Cyrtodactylus. Cecak tersebut mereka beri nama Cyrtodactylus pecelmadiun, yang terinspirasi dari kuliner khas Jawa Timur, pecel madiun. Sebab, spesies ini peneliti temukan di sekitar Madiun, tepatnya di Maospati dan Mojokerto.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Awal Riyanto mengungkapkan bahwa spesies ini peneliti temukan di lingkungan urban seperti tanggul jembatan, tumpukan genteng, dan kebun di permukiman desa.

Alasan para peneliti memberikan nama spesies baru cecak ini karena mereka ingin mengenalkan ragam kuliner nusantara melalui dunia sains.

“Sebagaimana yang telah kami lakukan sebelumnya dalam deskripsi C. papeda dari Pulau Obi dan C. tehetehe dari Kepulauan Derawan,” ungkap Awal dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/3).

Secara morfologi, C. pecelmadiun memiliki warna dasar cokelat kehitaman. Cecak berjenis kelamin jantan dewasa memiliki panjang tubuh (Snout-Vent Length/SVL) hingga 67,2 milimeter (mm), sementara betina mencapai 59,0 mm.

BACA JUGA: Penemuan Spesies Baru Dorong Peneliti Gali Keanekaragaman Hayati

Spesies ini memiliki 18–20 baris tuberkular dorsal yang tidak teratur di bagian tengah tubuh, yaitu 26–28 baris tuberkular antara ketiak dan selangkangan, serta 28–34 baris sisik perut. Pada individu jantan, terdapat ceruk precloacal dengan 32–37 pori precloacofemoral. Sementara itu, pada bagian subkaudalnya tidak memiliki sisik lebar.

“Kami mengamati bahwa C. pecelmadiun cenderung sebagai spesies generalis dalam hal habitat. Spesies ini kami temukan tidak lebih dari 40 cm di atas permukaan tanah, di berbagai lingkungan yang dekat dengan aktivitas manusia,” tambahnya.

Spesies Baru dari Jawa

Cecak jarilengkung Jawa atau Cyrtodactylus marmoratus merupakan spesies pertama yang telah dideskripsi oleh Gray (1831), berdasarkan spesimen yang dikoleksi Heinrich Kuhl dan Johan Conrad van Hasselt.

Saat ini, cecak jarilengkung itu tersimpan di Museum Naturalis, Belanda. Setelah 84 tahun berselang, de Rooij (1915) melaporkan keberadaan C. fumosus yang Müller (1895) deskrispikan, kemudian Brongersma konfirmasi pada 1934.

Seiring perkembangan penelitian, beberapa spesies baru dari Jawa telah dideskripsi. Di antaranya C. semiadii (2014), C. petani (2015), C. klakahensis (2016), dan C. belanegara (2024). Namun, Mecke et al. (2016) menemukan bahwa populasi C. fumosus di Jawa sebenarnya merupakan variasi dari C. marmoratus. Riyanto et al. (2020) juga mensinonimkan C. klakahensis sebagai C. petani berdasarkan taksonomi integratif.

BACA JUGA: Mengenal Ngengat Glyphodes nurfitriae, Spesies Baru dari Papua

Secara filogenetik, C. pecelmadiun berkerabat dekat dengan C. petani, dengan jarak genetik 0,1–1,6 persen. Spesies ini menjadi bukti kedua keberadaan grup darmandvillei di Jawa setelah C. petani, grup ini melimpah di kawasan Sunda Kecil.

Secara keseluruhan, Cyrtodactylus di Jawa terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu grup darmandvillei dan marmoratus. Keduanya merupakan kompleks spesies. Kondisi ini semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi (hidden diversity) dari Cyrtodactylus di Jawa.

Hasil penelitian ini telah terpublikasi dalam jurnal Zootaxa pada edisi 16 Januari 2025. Penelitian ini juga menjadi referensi penting dalam studi taksonomi serta konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

“Penemuan ini semakin mendorong eksplorasi lebih lanjut untuk mengungkap keragaman tersembunyi (hidden diversity) dari Cyrtodactylus di Jawa, mengingat masih banyak spesies yang belum teridentifikasi secara menyeluruh,” ucapnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top