Jakarta (Greeners) – Pakar lingkungan Universitas Indonesia (UI) Mahawan Karuniasa menilai ekonomi sirkular memang dapat menjadi solusi permasalahan sampah. Namun hal ini bergantung pada seberapa cepat pergerakan ekonomi sirkular di Indonesia.
Saat ini pemerintah memiliki target dalam Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah. Indonesia menargetkan reduksi sampah hingga 30 persen atau sebanyak 20,9 juta ton dengan tingkat pengelolaan sampah sebesar 70 persen atau sebesar 70,8 juta ton pada tahun 2025.
“Sejauh mana kecepatan ekonomi sirkular itu berjalan dengan target untuk reduksi sampah. Kita punya Jakstranas yang ingin mengurangi sampah. Berkaitan dengan itu, sirkular ekonomi yang industri Indonesia terapkan harus dipercepat,” katanya kepada Greeners, di Jakarta, Sabtu (22/10).
Menurutnya untuk mempercepat konsep itu perlu kerja sama antara produsen dan konsumen. Produsen harus menyediakan barang berkualitas meski dari hasil daur ulang dan konsumen bersedia membeli barang tersebut.
“Tantangannya adalah mengintegrasikan perilaku konsumen dengan industri. Jadi sirkular ekonomi itu harus bareng antara konsumen dan produsen. Tidak bisa jika hanya dari satu arah saja,” tegasnya.
Tambah Nilai Pengolahan Sampah
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mendukung sektor industri untuk menerapkan konsep sirkular ekonomi. Salah satu upayanya adalah pengolahan sampah plastik untuk membantu produk bernilai tambah tinggi.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SISPN) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat total timbulan sampah mencapai 30,8 juta ton pada tahun 2021 di 243 Kabupaten/Kota di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 65,14 % sampahnya telah dikelola. Namun sisanya 34,86 % atau sekitar 10,7 juta ton sampah masih belum terkelola.
Plt Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito menyampaikan perlu ada edukasi mengenai tata cara pengolahan sampah yang baik kepada masyarakat.
“Perlu juga adanya upaya mengedukasi ke masyarakat mengenai cara pengolahan sampah yang baik. Seperti beberapa sektor industri telah menjalankan bersama dengan komunitas masyarakat,” ungkap Ignatius dalam keterangan resminya.
Ia menilai salah satu upaya pengelolaan sampah nasional adalah melalui pendekatan sirkular ekonomi. Pendekatan ini mengacu pada prinsip pemanfaatan kembali untuk memaksimalkan nilai ekonomi dari barang-barang sisa konsumsi atau produksi.
“Dengan penerapan ini, penggunaan material terus berputar dalam suatu lingkaran ekonomi sehingga dapat digunakan secara terus-menerus,” paparnya.
Percepatan Pergerakan Sirkular Ekonomi
Ignatius menyebut salah satu contoh penerapan sirkular ekonomi terhadap pengolahan sampah dalam bentuk bisnis daur ulang adalah milik PT Chandra Asri Petrochemical.
Perusahaan ini telah mengembangkan pengelolaan sampah terintegrasi dengan mendorong penguatan kapasitas masyarakat melalui Industri Pengelolaan Sampah Terpadu Atasi Sampah, Kelola Mandiri (IPST ASARI) di Cilegon.
“Implementasi IPST ini juga merupakan salah satu contoh nyata dari implementasi extended producer responsibilities (EPR) untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia,” jelasnya.
IPST ASARI memiliki cakupan pengumpulan sampah plastik rumah tangga hingga satu kelurahan dengan kapasitas 8 ton sampah plastik per bulan. Lebih dari 200 keluarga telah berpartisipasi untuk mengumpulkan sampah plastiknya.
Penulis : Fitri Annisa
Editor : Ari Rikin