Sinar Mas dan APP Bantah Lakukan Pembakaran Lahan di Riau

Reading time: 2 menit

Jakarta (Greeners) – PT Sinar Mas Agro Resources and Technology,tbk (SMART) dan Asia Pulp and Paper (APP) membantah keterlibatan mereka dalam kebarakaran hutan dan lahan di Riau. Hal tersebut untuk menanggapi rilis yang dikeluarkan World Resources Institute (WRI) yang menyebutkan lebih dari 50 persen lahan yang terbakar di Riau merupakan perusahaan dan anak perusahaan Sinar Mas.

“Kita di SMART sudah lama menerapkan kebijakan no burning policy sejak 1997. Kita punya kewajiban untuk mengamankan aset kita, sehingga tidak mungkin kita membakar aset kita sendiri,” kata Wakil Direktur Sinas Mas Agro Resources and Technology, Edy Saputra Suradja yang ditemui disela-sela Semiloka “Solusi dan Alternatif Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia” di Jakarta, Selasa (2/7) kemarin.

“Kita mempunyai SOP (Standar Operation Procedure), kita punya staf yang menjaga 24 jam terhadap bahaya kebakaran, kita punya alat untuk memadamkan kebakaran. Semua itu telah diatur,” kata Edy.

Dia mengatakan data satelit yang mengatakan kebakaran lahan di area PT SMART, perlu dilakukan pengecekan lapangan. “Karena seringkali titik api itu dari data satelit ketika di-overlay, bisa masuk ke lahan kita. Tetapi harus dicek di lapangan, apakah titik api itu benar- benar masuk lahan kita,” katanya.

Sedangkan APP dalam laman mereka menyebutkan mereka tidak melakukan pembakaran, dan sangat mengutuk kegiatan membakar yang merugikan untuk dampak merugikan terhadap lingkungan dan hutan hujan. “Kami sangat mendorong orang lain untuk mendukung kami dalam melaksanakan zero burning dan praktik deforestasi nol,” kata rilis mereka.

APP merasa sangat prihatin dengan kebakaran hutan dan kabut asap yang dihasilkan di Provinsi Riau Sumatera, yang mempengaruhi karyawan dan masyarakat kita serta negara-negara tetangga.

“Kru pemadam kebakaran kami, bersama-sama dengan anggota masyarakat, telah bekerja keras untuk mengendalikan kebakaran di konsesi pemasok kami ‘. Tugas ini sangat kompleks karena kombinasi antara angin, suhu tinggi yang kuat dan fakta bahwa api telah mencapai lahan gambut,” kata mereka.

Sebelumnya, World Resources Institute (WRI), sebuah pusat studi kebijakan dan analisis yang berbasis di Washington DC, Amerika, merilis 32 perusahaan yang terkait dengan peristiwa kebakaran yang melanda Riau. Kebakaran di Riau tersebut telah menimbulkan kabut asap di Singapura dan Malaysia. WRI menyebutkan ada 17 perusahaan pemegang konsesi hutan tanaman industri dan 15 perusahaan pemegang konsesi perkebunan sawit. ( http://goo.gl/vfnpW )

WRI merilis nama-nama perusahaan tersebut berdasarkan analisa titik api dari data satelit yang diperoleh dari NASA (Informasi Kebakaran Untuk Sistem Manajemen Sumber Daya /FIRMS)  rentang waktu 12-20 Juni 2013 dan peta konsesi untuk kelapa sawit, konsesi penebangan, dan konsesi hutan tanaman industri, tahun 2010, dari Kementerian Kehutanan RI.

Sebagian besar peringatan kebakaran NASA berada di dalam Provinsi Riau, dan terutama dalam batas-batas hutan tanaman industri dan konsesi kelapa sawit. Sekitar 52 persen dari total kebakaran terjadi di dalam daerah-daerah konsesi. Peringatan kebakaran yang berada di hutan lindung atau konsesi untuk penebangan selektif jumlahnya jauh lebih sedikit.

WRI menyebutkan perusahaan yang merupakan bagian dari grup Sinar Mas dan Raja Garuda Mas (RGM) memiliki konsesi dengan jumlah peringatan kebakaran terbesar. Bila digabungkan, kedua kelompok ini berkontribusi lebih dari 50 persen dari titik api di semua konsesi. (G03)

Top