Jakarta (Greeners) – Sesuai perkiraan yang pernah disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan mulai berlangsung pada awal bulan November 2015. Intensitas hujan yang fluktuatif dan melanda sebagian wilayah Indonesia belakangan ini pun telah mengindikasikan bahwa musim akan berganti.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) sendiri telah menyatakan bahwa di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan telah masuk musim penghujan. Sedangkan di wilayah lain, seperti sebagian pulau Jawa, diperkirakan awal musim penghujan akan dimulai pada akhir November hingga awal Desember 2015.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa pengaruh El Nino masih dirasakan cukup besar sebagai penyebab dari mundurnya musim penghujan. Selain itu, bergantinya musim ini pun, kata Sutopo, harus dipersiapkan dengan baik karena kecenderungan yang terjadi adalah setiap kali pergantian musim maka berganti pula jenis bencananya.
“Jika sebelumnya didera kekeringan dan bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan, bencana di musim penghujan juga akan berganti dengan banjir, longsor, dan puting beliung,” jelasnya, Jakarta, Senin (09/11).
Pemerintah provinsi dan daerah, menurutnya, sudah harus segera mengantisipasi wilayahnya menghadapi banjir dan longsor. Ada 64 juta jiwa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan yang berstatus sedang hingga tinggi dari ancaman banjir. Mereka tersebar di 315 kabupaten/kota. Sementara ada 41 juta jiwa masyarakat yang tinggal di daerah rawan sedang hingga tinggi dari ancaman longsor di 274 kabupaten/kota.
Untuk itu, lanjutnya, perlu segera dilakukan rapat koordinasi teknis guna antisipasi banjir dan longsor. BNPB dan BPBD juga perlu segera menyusun rencana kontinjensi menghadapi banjir longsor yang memuat kebijakan, strategi, peta bencana, komando, upaya, pengerahan sumber daya, dan lainnya. Rencana kontinjensi ini harus disepakati oleh semua pihak sehingga saat terjadi bencana dapat diaktivasi menjadi rencana operasi. Rencana kontinjensi akan memudahkan semua pihak melakukan upaya sesuai tupoksi masing-masing.
“Peringatan dini dari berbagai pihak seperti BMKG, PU Pera, Lapan dan lainnya perlu dicermati sehingga dapat memperoleh informasi yang update. Sosialisasi dan gladi juga harus diintensifkan. Karena pola banjir dan longsor umumnya berlangsung selama penghujan dan puncaknya dari Desember, Januari hingga Februari. Banjir dan longsor ini juga sesungguhnya adalah bencana yang dapat diantisipasi karena dapat diprediksi dan dikenali sehingga korban dapat dihindari,” pungkas Sutopo.
Penulis: Danny Kosasih