Jakarta (Greeners) – Masjid Raya Bintaro Jaya tak sekadar sebagai tempat peribadatan umat Muslim. Namun, juga menjadi agent of change dalam membangun kesadaran lingkungan. Melalui program Gerakan Sedekah Sampah, masjid ini mampu mengumpulkan 17,5 ton sampah atau senilai Rp 31,5 juta.
Mengusung tema “Kolaborasi dan Inovasi dalam Mendorong Ramadhan Berkah: Ubah Sampahmu Menjadi Sedekahmu”, Masjid Raya Bintaro Jaya berkolaborasi bersama KLHK, Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) terus menggaungkan misi Gerakan Sedekah Sampah. Acara ini juga didukung oleh United Nation Development Programme (UNDP) serta Coca-cola Europacific Partners.
Ketua Yayasan Masjid Raya Bintaro Jaya Prastowo Wibowo mengatakan, masjid ini berperan aktif dan peduli pelestarian lingkungan. “Masjid berpotensi sebagai agent of change jamaah dan masyarakat sekitar secara langsung untuk memilah sampah dari rumah untuk disedekahkan melalui masjid,” katanya, Sabtu (8/4).
Program Gerakan Sedekah Sampah di masjid ini hingga Maret 2023 ini mencapai 17,5 ton senilai Rp 31,5 juta. Tak hanya Gerakan Sedekah Sampah, masjid ini juga mengembangkan program ramah lingkungan lainnya, mulai dari penghematan air wudhu, pembuatan sumur resapan, penggunan panel surya, hingga penghijauan lingkungan masjid.
“Sebagai tempat ibadah dan menjadi pusat pendidikan umat Islam, masjid membantu mengatasi masalah keumatan, termasuk membantu mengatasi masalah-masalah lingkungan hidup,” ungkapnya.
Menjadi Penggerak Sedekah Sampah
Direktur Pengurangan Sampah Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sinta Saptarina menyatakan, bulan Ramadan menjadi pengingat agar manusia tak hanya memperhatikan hubungan baiknya dengan Allah, sesama manusia, namun juga lingkungan.
“Termasuk gerakan sedekah sampah oleh Masjid Raya Bintaro Jaya ini sangat menginspirasi. Dan semoga mampu menjadi motor untuk gerakan masjid lain,” ucap Sinta.
Sejak diluncurkan pada awal tahun 2021 lalu, hingga saat ini sudah ada sebanyak 127 masjid, 192 sekolah dan pondok pesantren yang menggalakkan gerakan sedekah sampah. Selain itu, terdapat 46 gereja yang juga aktif dalam gerakan kolekte sampah di Indonesia. Hingga saat ini sudah ada sebanyak 143 ton sampah dari kegiatan sedekah sampah ini.
Dorong Pengurangan Sampah Plastik di Laut
Sinta berharap akan semakin banyak tempat peribadatan lain yang turut aktif dalam gerakan ini. Ia yakin semakin masifnya gerakan ini akan mampu mengurangi sampah plastik di laut Indonesia.
“Target ambisius kita tahun 2025 ada pengurangan sampah plastik sebesar 70 %. Tahun lalu kita bisa mencegah 35,5 %. Tapi kita optimis jika semua masjid seperti ini maka pasti kita bisa mencapai target itu,” tuturnya.
Ia menambahkan, menahan lapar dan haus selama bulan Ramadan tak menjamin mampu mengurangi sampah. Terbukti, sampah justru meningkat sekitar 20 %. Itulah kenapa, KLHK juga mendorong agar momentum Ramadan ini digunakan untuk menggaungkan Ramadan minim sampah.
Penasihat Senior Tata Kelola Iklim UNDP Abdul Wahib Situmorang menyebut, pengurangan sampah tak mungkin bisa berjalan hanya dengan bergantung pada pemerintah. “Tapi harus kita semua, elemen masyarakat secara gotong royong. Karena mayoritas Indonesia beragama Islam maka ini menjadi motor utama kita,” tegas Abdul.
Bentuk Ekonomi Inklusif
Di kesempatan yang sama, Direktur Penanganan Sampah Ditjen PSLB3 KLHK Novrizal Tahar menyebut, gerakan sedekah sampah merupakan gerakan ekonomi inklusif.
“Jadi jika kita bisa masifkan ini di seluruh Indonesia, kita juga bisa mendorong rumah ibadah untuk menjadi pusat peradaban. Kita dorong terus gerakan ini. Sampah bukanlah masalah, sampah adalah jariyah,” kata Novrizal.
Dalam acara ini, para tamu undangan juga membawa sampah anorganik yang sudah bersih dan terpilah dari rumah masing masing untuk disedekahkan. Peserta yang membawa sampah mendapatkan voucher pembelian makanan.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin