Malang (Greeners) – Kebakaran yang melanda savana Bromo sejak Selasa, 9 September sore, baru bisa dipadamkan pada Kamis, 11 September 2014, pukul 17.00 WIB. Total luas savana yang terbakar mencapai 450 hektare, yang terdiri dari 100 hektare savana di dataran dan 350 hektare di tebing kaldera, mulai lereng Watu Kutho hingga Watu Gedhe dengan ketinggian lebih dari 300 meter.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Ayu Dewi Utari mengatakan, akibat kebakaran ini, tempat mencari makan bagi satwa rusak. Berbagai tumbuhan, seperti rerumputan, ilalang, dan pakis, serta berbagai jenis tanaman lainnya yang tumbuh di savana hangus terbakar. Ia berharap, tidak ada bara api lagi yang mengakibatkan kebakaran. Api juga mengakibatkan kerusakan ekosistem savana dan satwa-satwa mati terbakar.
Sebanyak seribu petugas gabungan dari TNBTS, TNI, Polri, serta masyarakat turut membantu memadamkan api dengan cara membuat sekat bakar dan menyiram lidah api dengan peralatan slip on atau pemadam kebakaran. Pemadaman api juga dilakukan dengan jet shooter dan tanah basah serta digepyok.
Menurutnya, penyebab kebakaran diduga dari kelalaian pencari rumput dari arah savana. Api lalu merembet kearah tebing karena tertiup angin ke selatan dan barat. “Kerugian mencapai lebih dari Rp 1 miliar, semoga kejadian ini tidak terulang lagi,” kata Ayu Dewi Utari, Jumat (12/9/2014).
Sepanjang 2014, telah terjadi tiga kali kebakaran yang melanda kawasan savana Bromo. Kejadian kali ini merupakan yang terbesar dari kejadian sebelumnya. Peristiwa kebakaran sebelumnya terjadi pada Lebaran 2014 yang menghanguskan 2,5 hektare savana dengan dua kali kejadian. Hampir setiap tahun savana Bromo mengalami kebakaran. Sejak 2006 hingga 2012, telah terjadi 84 kejadian dan mengakibatkan ratusan hingga ribuan hektare savana rusak.
Ayu menghimbau kepada masyarakat atau pengunjung agar tidak membuang puntung rokok sembarangan atau membuat perapian yang bisa memicu kebakaran. Pihaknya juga telah memasang papan pengumuman larangan bagi pengunjung maupun masyarakat.
Ketua Organisasi Perlindungan Hutan dan Satwa ProFauna, Rosek Nursahid meminta pengelola TNBTS lebih menggiatkan patroli dan pengawasan bagi pengunjung maupun masyarakat agar kejadian kebakaran bisa diminimalisir. Sebab, kejadian kebakaran menurutnya karena kelalaian manusia, bisa disebabkan wisatawan atau juga masyarakat. Ia khawatir luasnya savana yang terbakar mengakibatkan satwa-satwa yang biasanya mencari makan di tempat tersebut terancam kekurangan sumber makanan.
(G17)