Jakarta (Greeners) – Tepat pada hari pertama lebaran, sampah warga DKI Jakarta yang dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang mencapai 2.195 ton. Menurut Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sampah di saat Idul Fitri 2020 yang diangkut dengan 432 rit truk tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2019 tonase sampah warga Jakarta mencapai 1.959 ton dengan ritase 376 rit.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, berdasarkan pengalaman pada tahun sebelumnya, tonase sampah menurun saat pra dan pascalebaran. Namun, tahun ini terjadi sedikit perubahan pola karena terdapat larangan mudik yang membuat warga di Ibu Kota relatif tak berkurang.
Baca juga: Perpres Tata Ruang Jabodetabek-Punjur Menggerus Ekosistem Teluk Jakarta
Berdasarkan data 2019, pada saat H-1 hari raya, tonase sampah mencapai 7.145 ton dengan 1.321 rit truk sampah. Sedangkan di tahun ini sampah yang dikirim ke TPST Bantargebang mencapai 6.995 ton dengan 1.299 rit truk sampah. Andono memperkirakan jumlah sampah akan kembali normal pada H+3 lebaran atau pada Rabu (27/5). Menurutnya, tumpukan sampah di sekitar penampungan rumah warga mulai dikirim ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) saat petugas sampah kembali bekerja.
Dinas Lingkungan Hidup, kata dia, sudah melakukan antisipasi kemungkinan peningkatan tonase tersebut. “Kita siap. Pola dan strategi operasi sudah kita antisipasi,” katanya, Senin, (25/05/2020).
TPST Bantargebang tempat diprosesnya sampah Jakarta, kata Andono, tetap beroperasi 24 jam selama libur Idul Fitri 1441 H. Sebanyak 300 personel ditugaskan piket di tempat pengelolaan sampah tersebut. “Per hari ini dwelling time atau waktu rata-rata truk sampah mengantri, menimbang, dan menurunkan sampah hanya 2 jam 15 menit. Ini salah satu indikator pengelolaan TPST Bantargebang tetap normal,” ucapnya.
TPS Dikosongkan
Andono juga menuturkan, sebelum Lebaran, para supir truk sampah telah diinstruksikan untuk mengosongkan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di seluruh wilayah Jakarta. Pengosongan dilakukan agar TPS dapat menampung sampah dengan kapasitas maksimal pada saat libur hari H dan H+1 lebaran. Upaya ini juga dilakukan agar kondisi lingkungan sekitar TPS tetap nyaman, tidak berbau menyengat, serta menghindari berkembangnya lalat dan vektor penyakit lain.
“Sampah jika lebih dari tiga hari berdiam di TPS sudah mulai membusuk dan membuat tidak nyaman lingkungan. Kita menghindari itu,” katanya.
Penulis: Dewi Purningsih
Editor: Devi Anggar Oktaviani