Jakarta (Greeners) – Sampah plastik di pesisir dan laut mengancam sejumlah biota di antaranya penyu dan kura-kura. Sampah plastik dan mikroplastik bisa mereka konsumsi hingga berujung kematian.
Melansir sampahlaut.id dalam sebuah penelitian terbaru, sampah plastik ini telah membunuh 1.000 penyu laut setiap tahunnya. Sebanyak 91 persen penyu yang peneliti temukan terjerat alat tangkap telah mati.
Penyu punya peran penting di laut, mereka menjadi indikator kesehatan laut. Oleh sebab itu setiap 23 Mei menjadi peringatan penyu dan kura-kura sedunia.
Kedua spesies ini serupa tetapi tak sama. Kura-kura hidup di darat dan air tawar, sedangkan penyu di perairan (laut). Ketika bertelur, penyu akan berenang ke darat, lalu kembali ke laut dan meninggalkan calon anak-anak mereka. Sedangkan kura-kura akan memberikan perlindungan pada anaknya sekitar 80 hari setelah menetas.
Kakinya pun berbeda. Kura-kura berkuku tajam pada keempat kakinya. Fungsinya untuk memudahkannya berjalan saat berada di darat. Sedangkan penyu keempat kakinya lebih mirip seperti sirip. Kaki ini memudahkannya untuk berenang di dalam laut.
Perbedaan lainnya, kura-kura dapat memasukkan kepalanya ke tempurungnya yang keras. Sementara penyu tidak bisa melakukannya.
Karena memiliki perbedaan habitat, jenis makanannya pun berbeda. Kura-kura memakan sayur, buah dan serangga. Kemudian penyu memakan ikan-ikan kecil dan ubur-ubur. Masa hidup kura-kura antara 80 hingga 150 tahun. Sedangkan penyu antara 60-70 tahun.
Ancaman Kematian Penyu
Menurut Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova, sampah plastik masih menjerat penyu saat berkeliling lautan dunia. Selain itu ada pula peristiwa lainnya yang mengancam kematian penyu.
“Sampah plastik ini dapat menjerat penyu saat berkeliling lautan dunia. Banyak sekali jaring nelayan yang terbuang membuat penyu terjerat dan mengakibatkan kematian,” kata Reza kepada Greeners, Selasa (23/5).
Di sisi lain, mereka mengira plastik yang bentuknya seperti ubur-ubur menjadi makanannya. Perut penyu pun terluka. Dengan adanya plastik di dalam perutnya, mereka cenderung merasa kenyang sehingga menganggu percernaannya.
Sampah Plastik di Dalam Tubuh Kura-kura
Sementara itu, Herpetologist Yusratul Aini mengatakan, berdasarkan penelitian pada tahun 2018 hingga 2019 ada temuan sampah plastik di dalam perut kura-kura ambon. Sampah tersebut mengendap di dalam tubuh berupa plastik utuh maupun serpihan.
“Saya saat penelitian kura-kura ambon di Indonesia masih ditemukan kotoran plastik di dalam tubuhnya,” imbuh Aini.
Kura-kura air tawar ini termasuk dalam golongan omnivora oportunis atau pemakan segala. Sebab, mereka tidak mengetahui jenis makanan yang akan mereka konsumsi dan pergerakannya pun terbatas.
Aini juga menambahkan, kura-kura berpotensi menghisap makanan bersama air. Polusi berbahaya seperti sedotan, puntung rokok dan campuran oli di dalam air sering kali ikut masuk ke dalam tubuhnya.
“Semakin dekat dengan suatu aktivitas manusia dengan ekosistem air, akan menyebabkan water pollution. Itu semua mengakibatkan perubahan pada ekosistem air tawar ini,” ucap Aini.
Berdasarkan beberapa publikasi ilmiah, diperkirakan 100.000 hewan laut mati terjerat sampah plastik. Hal ini memberikan dampak buruk hampir 50 % bagi mamalia laut dan lebih dari 80 % penyu laut.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin