Jakarta (Greeners) – Volume sampah di DKI Jakarta saat Lebaran hanya 1.987 ton. Jumlah ini turun drastis dibanding H-3 (9.325 ton) dan H-1 Lebaran (8.932 ton).
Selama Lebaran, jumlah sampah di DKI Jakarta yang petugas kirim ke tempat penampungan sampah terpadu (TPST) Bantargebang mengalami penurunan. Pengurangan ini terjadi saat hari Lebaran dan satu hari pascaLebaran. Perkiraannya akan kembali meningkat saat libur Lebaran berakhir.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, sejak empat hari menjelang Lebaran, Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup Kecamatan dan pengemudi truk sampah diinstruksikan untuk mengosongkan tempat penampungan sementara (TPS) di seluruh wilayah Jakarta.
Pengosongan TPS Sebelum Lebaran
Menurut Asep, strategi pengosongan ini mereka lakukan agar TPS bisa menampung sampah dengan kapasitas maksimal pada saat libur Lebaran. Selain itu, kondisi lingkungan sekitar TPS agar tetap nyaman, tidak berbau menyengat, menghindari berkembangnya lalat, dan vektor penyakit lainnya.
“Sampah jika lebih dari tiga hari berdiam di TPS sudah mulai membusuk dan membuat tidak nyaman lingkungan. Kita menghindari itu,” kata Asep dalam keterangannya.
Tahun ini, sebagian besar warga Jakarta mudik, sehingga sampah yang warga hasilkan juga ikut berkurang. Tonase puncak pembuangan sampah perkiraannya terjadi pada tujuh hingga sembilan hari setelah Idulfitri. Setelah itu kembali ke tonase rata-rata normal.
DLH juga melakukan antisipasi peningkatan tonase tersebut. Salah satunya dengan menginstruksikan petugas gerobak sampah, untuk bertanggung jawab mengambil tumpukan sampah dari rumah warga dan membawanya ke TPS.
Peningkatan Konsumsi Timbulkan Sampah DKI Jakarta
Setelah Lebaran, timbulan sampah diperkirakan akan kembali meningkat. Khususnya, timbulan sampah di DKI Jakarta sudah kembali normal, karena adanya peningkatan konsumsi masyarakat.
Menurut Pengkampanye Walhi DKI Jakarta, Muhammad Aminullah, aktivitas dan konsumsi masyarakat memang memengaruhi timbulan sampah.
“Ketika orang-orang mudik, aktivitas dan konsumsi di Jakarta menurun dan otomatis sampahnya juga turun,” katanya kepada Greeners.
Aminullah menambahkan, salah satu cara untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan mengatur produsen untuk memproduksi kemasan yang bisa didaur ulang.
Selain itu, masyarakat pun perlu menerapkan pola reduce (mengurangi konsumsi). Misalnya, mengurangi pembelian barang-barang yang menghasilkan sampah. Dengan cara ini konsumsi dapat berlanjut serta timbulan sampah berkurang.
Selain itu, kampanye mudik dan hari raya minim sampah perlu pemerintah perkuat. Kampanye tersebut sebaiknya tidak hanya melalui jargon di iklan dan banner saja agar berjalan efektif. Melainkan, harus lebih jauh menjangkau tiap wilayah bahkan ke rumah.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin