Jakarta (Greeners) – Taman Impian Jaya Ancol menyelenggarakan kegiatan Ancol Talk di Jakarta, Kamis, 14 November 2019. Kegiatan yang membahas “Upaya Pelestarian Burung di Pesisir Jakarta” ini merupakan sarana edukasi mengenai satwa khususnya burung di pesisir Jakarta.
Berbagai faktor mengancam populasi burung yang ada di tepi laut Jakarta. Penyebabnya beragam mulai dari berkurangnya hutan sebagai tempat habitat keberlangsungan hidup, perburuan massal untuk kepentingan pribadi, hingga banyaknya sampah yang masuk ke pantai yang akhirnya menjadi konsumsi burung.
BACA JUGA : Kenali Burung Puyuh, Penghasil Telur Puyuh Yang Lezat
Salah satu pembicara dari Flora dan Fauna Indonesia International (FFI) Ady Kristanto, menyampaikan bahwa “Perburuan dan penangkapan menggunakan jebakan masih banyak ditemukan di taman-taman. Masalah kedua adalah sampah di pesisir Jakarta,” ujarnya.
Ady selaku Senior Biodiversity Officer FFI, menambahkan bahwa jumlah jenis burung di Jakarta cukup stabil dari tahun 2008 hingga 2015, yakni sekitar 157 spesies. Menurut catatan Bio Bird Club Universitas Nasional Jakarta dan Jakarta Birdwatcher Society, ada 62 jenis burung yang berasal dari 34 suku dan singgah di pesisir Jakarta selama periode 2010 sampai 2018.
Baca juga: Burung Migran Dalam Ancaman Polusi Sampah Plastik
Sebagai solusi atas perburuan yang ancam populasi burung Jakarta serta upaya pelestarian burung di pesisir Jakarta, Ancol berencana membangun Taman Burung dengan konsep dome terbesar di Indonesia. Program ini menginisiasi pengembangbiakan spesies burung tertentu demi mengurangi penangkapan dari alam. Dengan nama “Water Bird Park” taman ini diklaim akan dapat menampung hingga 500 ekor burung dari berbagai jenis.
Peneliti Ahli Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Malia Prawiradilaga mengatakan Taman Burung diharapkan sebagai sarana konservasi dan edukasi bagi generasi penerus. Upaya ini nantinya, kata Dewi, mendukung keberhasilan perkembangbiakan satwa. “Hasil dari pengembangbiakan dimanfaatkan untuk sumber genetik berbagai jenis burung,” katanya.
Penulis: Ridho Pambudi
Editor: Devi Anggar Oktaviani