Jakarta (Greeners) – Perangkat alternatif karya anak negeri RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) mampu mendeteksi Covid-19 setara kualitas alat polymerase chain reaction (PCR). Bahkan inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemkes).
Para peneliti BRIN mengklaim RT-LAMP mampu mendeteksi hingga tingkat CT value 36. Alat ini juga mampu mendeteksi varian baru Omicron sehingga harapannya dapat memperluas kapasitas pengujian di Tanah Air.
Peneliti Pusat Riset Kimia BRIN, Tjandrawati Mozef menyatakan, prinsip cara kerja RT-LAMP sama dengan RT-PCR, amplifikasi dari sequence tertentu di dalam virus.
“Yang membedakan adalah pada saat deteksi dan proses amplifikasi itu sendiri,” kata Tjandrawati dalam diskusi virtual Sapa Media, di Jakarta, Senin (17/1).
Ia menjelaskan, platform amplifikasi asam nukleat kemudian mendeteksi keberadaannya dengan sensor yang sangat sensitif. Sensor ini akan mendeteksi tingkat kekeruhan (turbiditas) larutan spesimen di akhir prosesnya. Sensor tersebut penting karena menentukan akurasinya dan ia bisa menjadi pembeda satu mesin dengan yang lain.
Tjandrawati melanjutkan, dengan adanya persamaan prinsip kerja dan berbasis molekuler, kedua detektor Covid-19 ini juga memiliki tingkat akurasi dan sensitivitas yang tinggi. RT-LAMP bahkan juga mampu mendeteksi hingga CT value yang tinggi, yakni 36.
“Indikator akurasi RT-LAMP bisa dilihat dari CT 34, bahkan 36,” ujarnya.
Perbedaan RT-LAMP dan RT-PCR
Perbedaan antara RT-LAMP dengan RT-PCR yaitu RT-LAMP berlangsung secara isothermal atau suhu konstan sehingga tak lagi membutuhkan alat thermocycler atau PCR.
Kemudian, produk inovasi RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil swab hidung yang dapat mendeteksi secara kualitatif dengan melihat prespitasi dengan akurasi yang baik. RT-LAMP juga bisa menggunakan alat real time turbidimeter hasil inovasi riset BRIN.
Menariknya, RT-LAMP mereka klaim juga dapat mendeteksi varian baru Omicron dengan akurasi dan sensitivitas yang tinggi. Varian Omicron mengalami perubahan material genetik sehingga ada perubahan variasi pada protein spike.
“Kit ini bisa untuk mendeteksi varian baru Delta maupun Omicron, karena target kami bukan protein spike, jadi tidak masalah meski ada perubahan (variasi protein spike),” ungkap dia.
Reaksi amplifikasi gen target dengan metode RT-LAMP mereka klaim kurang dari 1 jam sehingga diagnosa hasil COVID-19 dapat publik peroleh lebih cepat dan akurat. RT-LAMP ini juga telah mendapatkan izin edar dari Kemkes.
Sudah Mendapat Izin Edar
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/3602/2021, RT-LAMP termasuk dalam kategori tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification test). Posisinya bersama quantitative reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) dan tes cepat molekuler (TCM) dengan akurasi yang baik.
Sementara, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik BRIN Agus Haryono menyatakan, bahwa RT-LAMP telah mendapatkan izin edar reguler dan berlaku hingga lima tahun ke depan. “Ini tentu saja berbeda dengan izin edar darurat dari Kemkes yang sebelumnya hanya berlaku satu tahun,” kata Agus.
Keberadaan RT-LAMP sebagai alternatif detektor Covid-19 harapannya mampu mendeteksi secara akurat (setara dengan RT-PCR dengan mesin NAAT) dengan harga yang terjangkau.
“Untuk harga harus kita sandingkan dengan metode sejenis yang berbasis molekuler dan sudah mendapat pengakuan lebih akurat, sensitif dan spesifik. Kenapa kita mengembangkan? karena kita mampu melihat peluang untuk fasilitas dan bahan-bahan yang lebih murah,” ungkapnya.
Namun, ia memastikan harga RT-LAMP tetap terjangkau dengan tidak lebih tinggi daripada RT- PCR. Selain itu, tidak lebih rendah jika kita bandingkan dengan tes swab antigen dan genose.
Penulis : Ramadani Wahyu