Ribuan Jemaah Haji Wafat Akibat Cuaca Panas Ekstrem

Reading time: 2 menit
Ribuan jemaah haji wafat akibat cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik
Ribuan jemaah haji wafat akibat cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Kantor Gubernur Makkah Al Mukarramah merilis pengumuman dari Kementerian Kesehatan Saudi bahwa 1.301 jemaah haji wafat pada musim haji tahun ini. Wafatnya para jemaah haji secara umum akibat suhu panas yang ekstrem di Kota Suci Makkah dan sekitarnya.

Konsul Haji pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah Nasrullah Jasam mengatakan suhu udara di Makkah panasnya sangat ekstrem. Suhunya mencapai lebih dari 50 derajat celsius. Cuaca ekstrem itu meliputi wilayah Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada periode menjelang dan sesudah puncak haji.

Namun, sayangnya dari angka kematian tersebut, sekitar 83% di antaranya adalah jemaah haji tidak resmi atau menggunakan visa non haji.

BACA JUGA: Cuaca Panas Ekstrem, Pertanda Dampak Perubahan Iklim

“Jemaah dengan visa non haji banyak yang harus berjalan jauh di bawah terik matahari, tanpa tempat berlindung atau tenda untuk beristirahat. Berdasarkan informasi Kementerian Kesehatan Saudi, di antara mereka ada juga sejumlah orang lanjut usia dan penderita penyakit kronis,” papar Nasrullah lewat keterangan tertulisnya, Senin (24/6).

Nasrullah menambahkan, pemerintah Saudi juga terus berupaya mengidentifikasi identitas jemaah wafat tersebut. Hal itu dilakukan supaya supaya bisa menghubungi pihak keluarga, menerbitkan sertifikat kematian, serta memakamkannya.

Ribuan jemaah haji wafat akibat cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik

Ribuan jemaah haji wafat akibat cuaca panas ekstrem. Foto: Freepik

Dampak Krisis Iklim Makin Terasa

Greenpeace melansir bahwa dampak krisis iklim akan semakin terasa dalam pelaksanaan ibadah haji setiap tahunnya. Sebuah studi dari Saudi Press Agency yang diterbitkan awal tahun mengatakan suhu saat pelaksanaan ibadah haji meningkat sebanyak 0,4 Celsius setiap dekade.

Krisis iklim menyebabkan peningkatan suhu yang signifikan di banyak bagian dunia, mulai dari Indonesia hingga Makkah. Peningkatan suhu ini membawa banyak tantangan tambahan bagi penduduk dan jemaah yang mengunjungi kota suci tersebut.

Pemerhati Lingkungan Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa mengatakan bahwa cuaca ekstrem yang kemungkinan berpotensi berulang kali perlu menjadi perhatian bagi penyelenggara haji di masa-masa berikutnya.

BACA JUGA: Indonesia Mulai Masuk Pancaroba, Waspada Cuaca Ekstrem

“Penyelenggaraan haji sudah saatnya mempertimbangkan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim ini,” ucap Mahawan kepada Greeners, Rabu (26/6).

Selanjutnya, lanjut Mahawan, pemerintah juga perlu memperhatikan aspek kesehatan para jemaah haji sebelum dan saat melaksanaan ibadah haji. Khususny,a kepada para jemaah lanjut usia dan jemaah haji yang memiliki penyakit tertentu harus mendapatkan perhatian.

Kematian Jemaah Haji Indonesia Menurun

Kepala Bidang Kesehatan pada Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Indro Murwoko, mengatakan bahwa angka kematian jemaah haji Indonesia saat puncak haji di Armuzna mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Ia mencatat, ada 40 jemaah haji Indonesia yang wafat pada periode ini. Sebanyak 11 jemaah wafat di Arafah dan 29 jemaah wafat di Mina.

Sementara itu, Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mencatat jumlah jemaah wafat periode Armuzna pada 2023 sebanyak 64 orang. Jumlah ini terdiri atas 13 jemaah wafat di Arafah dan 51 orang wafat di Mina.

“Jemaah wafat itu, secara keseluruhan ada 40 orang. Dari data itu, terbagi wafat di tenda, pos kesehatan, dan rumah sakit Arab Saudi, baik di Arafah maupun Mina,” terang Indro.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top