Malang (Greeners) – Sekitar 260 siswa dari 12 sekolah di Kota Malang, dan Kota Batu, memantau kualitas air Sungai Brantas dengan makro invertebrata. Titik pemantauan di lakukan di Sungai Brantas yang berada di belakang Balaikota Malang, JawaTimur, sepanjang sekitar 500 meter. Pemantauan ini dilakukan oleh Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA) Malang yang merupakan binaan Perum Jasa Tirta I.
Menurut Kepala Bagian Lingkungan Perum Jasa Tirta I, Inni Dian Rohani, pemantauan oleh JKPKA pada Jumat (03/10) lalu, serentak dilaksanakan seluruh anggota JKPKA di DAS Brantas dan DAS Bengawan Solo yang berada di tiga kota, yang meliputi Kota Malang, Kabupaten Jombang, dan Madiun.
“Kegiatan ini juga untuk mengenalkan kepada siswa secara langsung kondisi kualitas air di sekitar mereka dengan cara bioassesment,” kata Dian Rohani, di sela-sela kegiatan.
Ia menyebutkan, di Kota Malang banyak sekolah yang dibelakangnya merupakan sungai, sehingga dengan pengenalan ini bisa memberikan pengetahuan kepada mereka bagaimana kondisi air sungai di sekitar mereka. Dan, ketika diketahui bahwa kondisi air sungainya tercemar atau kotor, mereka bisa diajak peduli untuk turut melindungi dan menjaga agar kualitas air tetap bersih dan tidak tercemar.
“Secara umum kondisi hulu DAS Brantas kualitasnya baik, karena oksigen terlarutnya di atas baku mutu,” kata Dian.
Pihak Jasa Tirta sendiri secara rutin memantau kualitas air sungai di DAS Brantas dan DAS Bengawan Solo. Pemantauan berkala dilakukan mulai hulu, tengah, dan hilir, baik air sungai, air limbah industri, maupun air limbah domestik. Pemantauan air sungai, kata Dian, ada yang dilakukan satu bulan sekali, tiga bulan sekali, dan dua minggu sekali. “Pemantauan dilakukan di tempat-tempat yang sering terjadi pencemaran,” katanya.
Sedangkan pemantauan air limbah industri dan air limbah domestik, seperti rumah sakit, sanitasi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Pemantauan yang sering dilaksanakan dilakukan di bagian hilir dan tengah karena banyak sekali berdiri industri di kawasan tersebut, terutama di Kali Surabaya.
Salah satu Pembina dari SMA 7, Tipuk Ujianti, menyatakan murid-muridnya diterjunkan ke sungai untuk memantau jenis hewan apa saja yang ditemukan sehingga nanti bisa dikelompokkan lalu diberi skor, kira-kira hewan-hewan tersebut masuk kategori yang sangat sensitif dengan pencemaran atau tidak.
“Siswa juga diminta mewawancarai warga yang tinggal di pinggir sungai mengenai perilaku mereka terhadap air sungai,” katanya.
Salah satu guru MAN 3 Malang, Mimik Sudarwati, menambahkan, selain pemantauan menggunakan makro zoo bentos, pemantauan dengan mengamati daerah bantaran sungai juga bisa dilakukan.
“Jika terlalu dekat dengan sungai dan dibuang ke sungai, jelas pasti tercemar air sungainya,” ujarnya.
Untuk itu, pengenalan pemantauan kualitas air sungai ini memang untuk mengajak para siswa lebih peduli terhadap air karena merupakan sumber daya yang sangat penting bagi manusia. Sejauh ini, kondisi DAS Brantas memang sudah tercemar mulai dari ringan, sedang, hingga berat. Untuk itu, perlu kepedulian semua pihak untuk ikut memperbaiki kualitas air sungai untuk tidak ikut mencemarinya.
(G17)