Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pada awal Desember 2021 telah terjadi 71 kejadian bencana. Masyarakat diminta terus waspada, saat ini dalam kondisi La Nina. Puncak musim hujan pun baru tiba pada Januari-Februari 2022.
La Nina adalah kondisi anomali cuaca yang mengakibatkan terjadinya peningkatan intensitas curah hujan saat periode musim hujan. Kondisi ini rentan meningkatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang dan puting beliung.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkapkan, kejadian bencana yang telah terjadi dalam kurun waktu 1-10 Desember 2021 sudah ada 71 kejadian. Dari total kejadian tersebut, 55 di antaranya kejadian banjir dan 16 kejadian tanah longsor.
“Dari 71 kejadian ini, di luar kejadian Semeru ada 7 korban meninggal. Satu korban meninggal akibat longsor dan 6 korban meninggal akibat banjir. Untuk banjir ada 8 korban hilang dan 9 luka. Jumlah masyarakat terdampak dalam 10 hari ini total 372.397 jiwa,” kata Abdul dalam konferensi pers virtual BNPB di Jakarta, Jumat (10/12).
Abdul menambahkan, dalam kurun waktu 10 hari tersebut, kota Medan menjadi kabupaten/kota dengan masyarakat yang paling banyak terdampak bencana yaitu sekitar 140.000 jiwa.
“Di awal Desember ini memang masih ada kawasan-kawasan terdampak di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Tetapi satu kejadian ada di kota Medan yang paling banyak korban terdampaknya,” paparnya.
Dari kejadian bencana di awal Desember, Indonesia telah mengalami total 2.796 kali kejadian bencana periode Januari-Desember 2021. Sebanyak 35 %-40 % di antaranya banjir kemudian cuaca ekstrem dan tanah longsor.
Puncak Musim Hujan Belum Tiba, Bencana Masif Terjadi
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam periode musim hujan bersamaan dengan terjadinya La Nina. Kondisi ini berpotensi menyebabkan potensi hujan semakin tinggi.
“Dengan aktifnya La Nina ini maka potensi hujan akan semakin tinggi. Hampir semua wilayah Indonesia akan memasuki puncak musim hujan di periode bulan Januari-Februari. Jadi saat ini kita belum memasuki puncak musim hujan. Ini yang masih perlu menjadi kewaspadaan kita,” ungkapnya.
Terkait banjir rob yang tengah melanda sejumlah wilayah di Indonesia, Fachri menyebut banjir rob masih berpotensi terjadi akibat gelombang tinggi. Hal ini akan berdampak pada sejumlah wilayah perairan di Indonesia.
“Kemudian untuk kondisi rob memang saat ini gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia seperti di perairan Samudra Hindia sebelah barat Sumatra sampai dengan selatan Jawa-Bali dan laut Natuna utara,” kata Fachri.
Ia mengimbau untuk masyarakat yang tinggal di daerah pesisir waspada. BMKG memprediksi banjir rob akan kembali terjadi 18-22 Desember 2021.
“Untuk rob sendiri perlu kita waspadai ketika kita memasuki fase bulan purnama lagi antara 18-22 Desember 2021. Banjir rob bisa terjadi pada daerah-daerah pesisir seperti Sulawesi Utara, Jawa bagian utara, kemudian Natuna,” tuturnya.
Hujan dan Kondisi Sungai Berasap Hambat Pencarian Korban
Sementara itu pascaerupsi Semeru, Komandan Posko Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru Irwan Subekti menjelaskan, tujuh hari pascaerupsi korban meninggal mencapai 45 orang. Dari jumlah itu, orang hilang 9 orang, luka berat 19 orang dan luka ringan 19 orang.
Sementara untuk jumlah warga yang mengungsi mencapai 6.573 orang di 126 titik pengungsian. Bangunan rusak terdiri dari rumah 2.970 unit dan 33 unit fasilitas umum.
Irwan menuturkan, tim SAR menghadapi kendala hujan dan kondisi dasar sungai yang baerasap dalam proses evakuasi. Hal ini menyulitkan petugas melakukan pencarian.
“Setiap hari atau malam rata-rata turun hujan. Jadi berpotensi adanya banjir. Ini yang menjadi kewaspadaan kita,” imbuhnya.
Penulis : Fitri Annisa