Jakarta (Greeners) – Belakangan, suhu udara di malam hari terasa lebih dingin. Setidaknya itu yang warga rasakan di sejumlah wilayah seperti Bandung, Jawa Barat dan Dieng, Jawa Tengah. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, suhu dingin lumrah terjadi terutama menjelang puncak musim kemarau hingga Agustus 2023.
Data BMKG menyebut, suhu di Bandung mencapai 17 derajat Celcius pada 18 Juli 2023. Bahkan, di Lembang, Bandung Barat mencapai 15,4 derajat Celcius. Sementara itu di Dieng, suhu rata-rata antara 12-20 derajat Celcius di siang hari dan pada malam hari turun berkisar 6-10 derajat Celcius.
Menurut BMKG, Angin Monsoon Australia menjadi pemicu fenomena ini. Selain itu, dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya juga berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang sebagian besar orang mengiranya salju.
Fenomena ini biasanya terjadi pada awal musim kemarau setelah musim hujan berakhir dan suhu udara berada pada titik yang rendah, yaitu di bawah nol derajat Celcius.
Koordinator Bidang Cuaca Esktrem BMKG Miming Syaifudin mengungkapkan, fenomena suhu udara dingin merupakan kejadian alamiah yang umum terjadi pada bulan puncak musim kemarau (Juli-September). Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia.
“Pada bulan Juni-Agustus, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Pergerakan massa udara dingin dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia,” kata Miming kepada Greeners, Senin (24/7).
Pergerakan angin yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra selatan Indonesia ini turut memicu suhu dingin di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara).
Miming menambahkan, pantauan lima hari sebelumnya suhu udara di beberapa wilayah Indonesia cenderung turun. Selain itu, kejadiannya pun kemungkinan besar dapat terjadi hingga bulan Agustus.
Cuaca Cerah Picu Suhu Dingin
Miming menyebut ada beberapa hal lainnya yang mengakibatkan suhu udara di Bandung terasa lebih dingin. Karakteristik lokal seperti kondisi cuaca cerah menjadi pemicunya. Sebab, ada peningkatan pelepasan radiasi gelombang panjang dari bumi yang maksimal terutama pada malam hari.
Hal itu mengakibatkan seolah-olah tidak ada panas yang terperangkap di atmosfer karena tidak adanya awan (cuaca cerah). Sehingga kondisi tersebut turut memicu suhu relatif lebih dingin terutama pada malam hari.
Saat ini kata BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia pun sedang memasuki periode puncak musim kemarau. Terutama di wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Enam Wilayah Pernah Mengalaminya
BMKG mencatat beberapa wilayah di Indonesia memiliki suhu terdingin sepanjang tahun 1993 hingga 2023. Stasiun Meteorologi Wamena Jaya Wijaya, mencatat suhu terendah 4,5 derajat Celcius pada Agustus dan Desember 2015.
Pada 30 Juni 2003, Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega, Ruteng, NTT, mencatat suhu terendah 5,4 derajat Celcius. Kemudian di Stasiun Meteorologi Pongitiku Toraja, Sulawesi Selatan, mencatat suhu terendah 5,8 derajat Celcius dengan rata-rata suhu udara di bawah 10 derajat Celcius di bulan Juni-Oktober.
Suhu dingin juga pernah terjadi di Bandung. Stasiun Geofisika Bandung, mencatat suhu terendah 12,6 derajat Celcius pada 2 Juni 2004. Rata-rata suhu udara di bawah 16 derajat Celcius tercatat di bulan Mei hingga Agustus. Stasiun Geofisika Padang Panjang, Sumatra Barat pun mencatat suhu terendah 11,1 derajat Celcius pada 19 Desember 2018.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin