Wakatobi (Greeners) – Kawasan Wakatobi di Sulawesi Tenggara memiliki arti penting bagi jaringan ekosistem laut tropis Indo-Pasifik dan keanekaragaman hayati laut dunia. Di kawasan segitiga terumbu karang ini terdapat 942 spesies ikan dan 750 spesies terumbu karang dari total 850 spesies terumbu karang di dunia. Ironisnya, sumber daya laut tersebut semakin menipis akibat penangkapan ikan secara berlebihan dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada solusi untuk masalah tersebut. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai TN Wakatobi, La Ode Ahyar Thamrin Mufti, menjelaskan, Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Melalui PAAP, nelayan kecil dan masyarakat sekitar kawasan mendapatkan hak khusus untuk mengelola dan memanfaatkan area tangkapannya berdasarkan peraturan, secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
“Program PAAP diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama nelayan kecil yang hidup di dalam kawasan. Hal ini sejalan dengan fungsi Taman Nasional (TN) Wakatobi yang diresmikan sebagai Cagar Biosfer Dunia sejak April 2012,” ungkapnya dalam peluncuran kampanye Pride PAAP di Taman Nasional Wakatobi seperti dikutip dalam keterangan resminya, Selasa (22/02).
Cagar Biosfer Dunia sendiri, lanjutnya, berperan dalam menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan, serta mempromosikan solusi lokal untuk memecahkan tantangan kemanusiaan yang dihadapi di wilayah tersebut.
Asisten Satu Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Amiconi, turut menjelaskan bahwa program PAAP ini akan melibatkan nelayan lokal dalam pengelolaan laut yang berkelanjutan. “Nelayan lokal dapat berkontribusi langsung dalam mengawasi dan melestarikan laut untuk meningkatkan kesejahteraannya. Apalagi Wakatobi masuk sepuluh besar pengembangan tujuan pariwisata Indonesia,” ungkapnya.
Sebagai informasi, program PAAP merupakan hasil kerja sama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Konservasi dan Keanekeragaman Hayati Laut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan Rare Indonesia.
Program ini diluncurkan pada tanggal 17 Februari 2016 di Jakarta dan akan mengembangkan kapasitas 15 lembaga mitra pelaksana lokal yang memangku 15 kawasan konservasi dari Sabang hingga Kaimana untuk periode 2014−2017. Salah satunya ialah Balai TN Wakatobi. Nantinya, 15 kawasan ini akan menjadi model pengelolaan perikanan di Indonesia, sehingga ke depannya dapat direplikasi di daerah lain.
Taufiq Alimi, Vice President Rare Indonesia, menyatakan dirinya berharap nelayan kecil menjadi lebih berdaya dengan adanya program ini. “Melalui kampanye Pride PAAP ini, para nelayan kecil menjadi jawaban dari tantangan saat ini melalui kapasitas pengorganisasian kelompok, pemahaman konservasi dan pengelolaan perikanan sehingga senantiasa patuh pada peruntukan zonasi di dalam setiap kawasan konservasi dan pada saat yang sama mampu mengelola akses area perikanan secara bertanggung jawab.”
Penulis: Renty Hutahaean