Sidoarjo (Greeners) – Perdagangan jenis satwa yang dilindungi undang-undang di sejumlah pasar burung di Jawa dan Bali cenderung meningkat di awal tahun 2012. Survey ProFauna Indonesia menyebutkan pada delapan pasar burung menunjukan adanya peningkatan jumlah dan jenis satwa yang dijual antara bulan Januari dan Februari 2012.
Rosek Nursahid, Ketua ProFauna Indonesia, yang ditemui saat kampanye satwa liar kepada siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Sidoarjo, Selasa (10/04) mengatakan jika pada bulan Januari 2012 ada sekitar 41 ekor satwa dilindungi yang dijual, pada bulan Februari naik menjadi 62 ekor. Jenis satwa yang dijual juga mengalami peningkatan, dari 12 jenis di bulan Januari 2012, menjadi 15 jenis di bulan Februari 2012.
Kedelapan pasar burung yang disurvey oleh ProFauna Indonesia itu antara lain pasar burung Splendid Malang, pasar burung Bratang Surabaya, pasar burung Kupang Surabaya, pasar burung Turi Surabaya, pasar burung Pramuka Jakarta, pasar burung Jatinegara Jakarta, pasar burung Barito Jakarta, dan pasar burung Satria Denpasar. Pasar burung yang paling banyak menjual satwa dilindungi adalah Pasar Pramuka, Jatinegara dan Pasar Satria Denpasar.
Jenis satwa dilindungi yang diperdagangkan tersebut terdiri dari 15 spesies, yaitu: Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Kukang (Nycticebus sp), Elang Laut (Haliaeetus leucogaster), Jalak Putih (Sturnus melanopterus), Tohtor (Megalaima armilaris), Alap alap Sapi (Falco moluccensis), Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas), Paok Pancawarna (Pitta guajana) dan Musang Air (Cynogale bennetti).
Pada bulan Februari 2012 ditemukan 109 ekor primata yang diperdagangkan di pasar-pasar burung. Primata yang diperdagangkan tersebut terdiri dari 3 spesies yaitu Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) dan Kukang (Nycticebus sp).
Harga jualpun bervariasi. Misalnya Lutung Jawa dijual seharga Rp250.000,- sedangkan Elang Laut ditawarkan seharga Rp 500.000,-. Untuk Kukang dijual seharga Rp200.000,-, Burung Tohtor Rp 100.000,- dan Elang Hitam Rp500.000,-
Selain primata, ProFauna menemukan, jenis satwa yang juga banyak dijual adalah jenis Burung Paruh Bengkok asal Maluku dan Papua. Pada bulan Februari 2012 ditemukan 91 ekor Burung Paruh Bengkok diperdagangkan di pasar-pasar burung. Burung Paruh Bengkok (jenis Nuri dan Kakatua) yang diperdagangkan itu terdiri terdiri dari 14 spesies yaitu: Kesturi Ternate (Lorius garrulus), Kakatua Putih (Cacatua alba), Nuri Kalung Ungu (Eos squamata), Nuri Kepala Hitam (Lorius lory), Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus), Betet biasa (Psittacula alexandri), Nuri Maluku (Eos bornea), Bayan (Eclectus roratus), Kakatua Besar Jambul Kuning (Cacatua galerita), Betet Kepala Paruh Besar (Tanygnathus megalorynchos), Nuri Tanimbar (Eos reticulata), Nuri Talaud (Eos histrio), Perkici Timor (Trichoglossus euteles) dan Perkici Hijau Kuning (Trichoglossus flavoviridis).
Sedangkan kampanye di sekolah bukan hal baru bagi ProFauna. Sejumlah sekolah di Malang, Jakarta, dan Bali sudah kerap didatangi ProFauna. Sidoarjo adalah kota baru bagi LSM berlogo Lutung Jawa ini. Menurut Rosek, siswa sekolah adalah subyek kampanye yang potensial.
Generasi muda menjadi konsumen potensial perdagangan satwa langka. Karena tren perdagangan satwa sudah merambah dunia online, dan hampir semua anak muda memiliki akun facebook dan tweeter.
Pangsa pasar ini digunakan ProFauna untuk memberi penyadaran ke para siswa bahwa mereka bisa membantu penghentian perdagangan satwa dilindungi dengan tidak membelinya. “Ternyata perdagangan satwa itu kejam ya. Mereka tidak peduli kalau satwa punya peran di alam” kata Agus, seorang siswa di SMKN I Sidoarjo di sela-sela kampanye. (G13)