Banjarmasin (Greeners) – Program menanam pohon yang banyak dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta dengan jumlah yang bervariatif antara ratusan, ribuan, hingga jutaan pohon sudah seharusnya diimbangi dengan manajemen pengelolaan dan perawatan yang baik dan terukur.
Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan acara puncak peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia, Bulan Menanam Pohon, dan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2015 di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam, Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada Kamis kemarin.
Menurut Jokowi, upaya menanam pohon adalah hal yang harus diapresiasi dan menjadi kewajiban setiap masyarakat untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tutupan hutan terawat. Namun, program penanaman pohon tersebut tentunya juga harus dilakukan secara terukur, logis, dipelihara, dan dirawat dengan baik, sehingga menanam pohon ini tidak hanya sekadar menjadi peringatan seremonial belaka.
“Tidak perlu menanam yang banyak hingga puluhan juta pohon. (Yang penting) Itu bagaimana mengukurnya, bagaimana merawatnya. Nanti giliran saya minta laporannya pasti bakalan kelabakan,” tukasnya, Banjarmasin, Kamis (26/11).
Kegiatan penanaman pohon di Tahura Sultan Adam ini, disebut Presiden, untuk memberikan contoh penanaman yang baik. Lokasi ini dipilih karena merupakan areal bekas terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kebakaran yang cukup luas, sehingga membutuhkan upaya pemulihan dan rehabilitasi secepatnya.
“Tahura Sultan Adam merupakan tahura yang terluas di Indonesia. Luasnya mencapai 116.000 hektare dan yang terbakar mencapai 105 hektare. Untuk itu harus direhabilitasi, diawali dengan penanaman pohon 10.000 pohon. Tidak usah pakai angka juta, miliar. Sepuluh ribu, dua ribu (pohon) saja cukup tapi ditanam betul dipelihara dan tumbuh itu sudah sangat bagus,” katanya.
Di tempat yang sama, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyatakan, tujuan dilakukannya kegiatan penanaman ini adalah untuk merehabilitasi hutan dan lahan yang telah terbakar. Rehabilitasi hutan ini bertujuan meningkatkan penyerapan karbon, menciptakan iklim yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia, serta mengembalikan habitat puspa dan satwa Indonesia.
Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk membantu mengurangi tingkat emisi global dari kondisi business as usual sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan komitmen untuk menyelamatkan puspa dan satwa nasional.
“RPJMN tahun 2015-2019 Kementerian LHK menargetkan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 5,5 juta ha, namun demikian kemampuan APBN untuk melakukan rehabilitasi hanya 200.000 ha/tahun, untuk itu Kementerian LHK terus melakukan upaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah maupun swasta,” pungkasnya.
Sebagai informasi, tema Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional Tahun 2015 ini adalah “Ayo Kerja, Tanam dan Pelihara Pohon untuk Hidup yang Lebih Baik” dan tema HCPSN tahun 2015 “Ayo Selamatkan Puspa dan Satwa sebagai Penyangga Kehidupan, Mulai dari Lingkungan Kita”.
Jumlah pohon yang ditanam sebanyak 10.000 batang pohon yang diawali dengan penanaman pada tanggal 20 November 2015 sebanyak 8.000 batang oleh mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat dan instansi Kehutanan daerah.
Beberapa jenis tanaman yang ditanam antara lain tengkawang, mahoni, kasturi, ulin, angsana, trembesi, jabon, durian, gaharu, dan meranti. Jumlah bibit yang ditanam saat ini berjumlah 2.000 batang dan bibit tanaman yang dibagikan kepada masyarakat berjumlah 5.000 batang serta penyerahan secara simbolis bantuan bibit sebanyak 100.000 batang kepada pondok pesantren Bahrul Ulum, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Selain itu Presiden juga menyaksikan penandatanganan kesepahaman antara Menteri LHK dengan 9 pemuka dan tokoh organisasi lintas agama, untuk komitmen penyelamatan bumi dan lingkungan hidup.
Penulis: Danny Kosasih