Presiden COP30 Minta Pemimpin Dunia Percepat Aliran Dana Iklim

Reading time: 2 menit
Presiden COP30 meminta pemimpin dunia percepat aliran dana iklim. Foto: COP30 Website
Presiden COP30 meminta pemimpin dunia percepat aliran dana iklim. Foto: COP30 Website

Jakarta (Greeners) – Tindak lanjut dari kesepakatan pembiayaan iklim (New Collective Quantified Goal on Climate Finance/NCQG) sebesar USD 1,3 triliun akan menjadi salah satu isu utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim ke-30 (COP30). KTT tersebut akan diselenggarakan di Belem, Brasil. Butuh dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah global agar dana tersebut dapat tersalurkan lebih cepat untuk mengatasi krisis iklim.

Presiden COP30, André Aranha Corrêa do Lago, menyampaikan hal ini dalam surat terbuka pertamanya. Surat tersebut menegaskan komitmen Brasil untuk mendorong aksi bersama dalam menghadapi krisis iklim. Selain itu, surat tersebut juga merinci sejumlah isu penting dalam konferensi tersebut.

BACA JUGA: Walhi Kritik Pidato Hashim di COP 29: Prioritaskan Bisnis Ketimbang Krisis Iklim

“Peta jalan Baku-Belem USD 1,3 triliun harus menjadi pendorong pembiayaan rendah karbon dan sebagai jalur ketahanan iklim bagi negara-negara berkembang,” ujar Lago dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/3).

Menurutnya, pembiayaan, teknologi, dan kerja sama internasional adalah faktor kunci untuk mempercepat aksi iklim. Hal ini sebagaimana diingatkan oleh peringatan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). Untuk itu, pencapaian target iklim memerlukan peningkatan pembiayaan adaptasi dan mitigasi iklim yang signifikan.

Ia mengatakan ada langkah-langkah yang perlu diambil. Pertama, desakan kepada pemerintah-pemerintah, bank pembangunan multilateral, dan sektor swasta. Desakan tersebut berupa mempercepat aliran dana. Kemudian, menetapkan langkah yang sejalan dengan Perjanjian Paris dan merealisasikan pembiayaan iklim USD 1,3 triliun.

Kedua, komitmen untuk mendorong kemajuan Global Stocktake dan target COP28, yang mencakup peningkatan energi terbarukan tiga kali lipat. Selain itu, juga akan berfokus pada peningkatan efisiensi energi dua kali lipat dan transisi dari bahan bakar fosil.

Ketiga, memprioritaskan perlindungan dan pemulihan hutan. Keempat, mendorong kerja sama antar negara-negara berkembang untuk menentukan arah dan kemajuan dari COP. Kelima, mendorong agar COP30 lebih dari sekedar negosiasi dan menuntut pemimpin-pemimpin global merealisasikan janji dan komitmen mereka.

Dorong Pergerakan Global

Sementara itu, Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Brasil, Marina Silva menuturkan, surat Presiden COP30 tersebut merupakan panggilan kepada berbagai pihak. Di antaranya pemerintah, masyarakat sipil, ilmuwan, pelaku bisnis, masyarakat adat, dan komunitas lokal. Hal ini penting untuk mengatasi perbedaan dan bersatu dalam era baru aksi iklim yang fokus merealisasikan komitmen Perjanjian Paris.

Salah satunya yakni keputusan untuk menyusun Global Ethical Stocktake (GES). Inisiatif global tersebut untuk memperkuat pembatasan kenaikan suhu maksimal 1,5°C, pada COP30.

BACA JUGA: Apa yang Terjadi pada Bumi Jika Penyerap Karbon Menurun?

“Dengan ini, Presidensi COP30 Brasil mendorong pergerakan global kerja sama antarnegara untuk menghadapi perubahan iklim, yang bersandar pada penguatan multilateralisme, satu-satu jalur untuk merealisasikan misi ini,” tutur Silva.

Menanggapi surat tersebut, Direktur Leave it in the Ground Initiative (LINGO), Kjell Kühne sepakat perlunya kerja sama internasional dalam mengatasi krisis iklim. Terutama, untuk melawan dominasi kelas atas yang terus mendorong bahan bakar fosil.

“Sistem keuangan harus direformasi agar memperhitungkan biaya lingkungan dan sosial yang selama ini terabaikan. Dengan kemauan politik yang benar, institusi seperti IMF dan bank sentral dapat mengucurkan dana triliunan guna mempercepat transisi energi, jika pemerintah mengizinkannya,” kata dia.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top