LONDON, 8 December 2016 – Para peneliti Inggris sudah mulai dapat menjelaskan kaitan antara perubahan iklim dengan menurunnya populasi kupu-kupu di Inggris.
Penurunan bisa saja tidak terjadi secara berangsur-angsur, namun pemanasan global sebagai akibat dari bahan bakar fosil menjadi salah satu penyebabnya. Hal tersebut mengakibatkan kejadian ekstrim, seperti banjir bandang, gelombang panas dan kekeringan berkepanjangan.
Menghitung Kupu-kupu
Dalam laporan mereka di Journal of Animal Ecology, para ilmuwan mengatakan bahwa mereka memiliki data dari UK Butterfly Monitoring Scheme yang merekam 41 spesies kupu-kupu dari 1.800 tempat selama periode 37 tahun.
Dilengkapi dengan catatan cuaca, para peneliti tersebut mampu membaca dampak perubahan iklim pada salah satu jenis serangga yang sering diteliti dan disukai tersebut.
Perubahan iklim secara gradual mengantarkan berita buruk bagi beberapa spesies, tapi juga menghadirkan kesempatan bagi yang lain. Di zona dengan iklim sedang, beberapa mahkluk bahkan hanya berpindah atau mengubah pola berkembang biak sehingga para ahli biologi mengamatinya dengan seksama.
Pada dataran tinggi, kupu-kupu diketahui telah menyusut dari segi fisiknya. Pada daerah pegunungan, spesies telah berpindah ke dataran lebih tinggi akibat cuaca yang semakin panas. Pada peternakan, mereka bahkan tidak bisa bertahan.
Dengan adanya cuaca ekstrim, yang berkaitan erat dengan perubahan iklim, masalah tersebut menjadi semakin besar. Kupu-kupu di Inggris yang biasanya bertahan di musim dingin kewalahan dalam mengatasi panas yang tidak terduga meski mereka diuntungkan pada musim panas.
Dinginnya musim salju membantu namun dingin di musim panas menciptakan masalah yang baru.
“Penemuan terbaru adalah curah hujan pada fase kepompong menjadi masalah bagi seperempat dari spesies yang ada,” kata Aldina Franco, seorang ahli ekologi konservasi dari Universitas East Anglia, Inggris.
“Penemuan tersebut juga menyebutkan bahwa panas yang ekstrim pada musim dingin merupakan kejadian cuaca yang merugikan dan berpengaruh kepada setengah dari spesies di Inggris. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya potensi penyakit atau suhu udara yang terlampau panas memberikan tanda kepada kupu-kupu atau larva mereka untuk keluar dari kepompong lebih awal sehingga mati pada musim dingin.”
Mahkluk yang Suka Kehangatan
Kondisi panas ekstrim pada fase dewasa setidaknya mampu membantu sepertiga dari spesies di Inggris.
“Hal ini sangat tidak terduga mengingat bahwa kupu-kupu sangat suka dengan iklim yang hangat. Bertahun-tahun musim panas dan dingin memberikan dampak yang bercampur aduk. Misalnya, meski musim panas sangat hangat, beberapa kupu-kupu yang dihitung menjelang Big Butterfly Count justru sangat rendah,” kata Dr Franco.
“Penelitian kami mengindikasikan bahwa ini mungkin saja berdampak dari hangatnya musim dingin, misalnya, rendahnya populasi Gatekeeper, Common Blue, Comma, Peacock, dan Small Tortoiseshell bisa menjelaskan respon negatif mereka terhadap hangatnya musim dingin.” – Climate News Network