Jakarta (Greeners) – PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) menandatangani memorandum of understanding (MoU) untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut berkapasitas 12 MW (MegaWatt) di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Selat Alas dan Selat Lombok serta di Selat Badung, Bali.
Sekretaris Perusahaan PLN, Adi Supriono dalam keterangan resmi yang dirilis Rabu (19/08) lalu menyatakan bahwa penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Utama PLN Sofyan Basir dan Board of Directors SBS perwakilan Indonesia Michael J. Spencer. Penandatanganan tersebut dilakukan di ajang Energi Baru dan Terbarukan Conference Expo (EBT Conex) di Jakarta Convention Centre Jakarta.
“Pembangkit dari arus laut tersebut rencananya akan dikembangkan dan dimulai dengan total kapasitas 12 MW,” jelas Adi, Jakarta, Kamis (20/08).
Penandatanganan MoU ini, lanjutnya lagi, berlangsung bersama pengembang independen untuk energi terbarukan dan kelautan asal Inggris, PT SBS International Limited yang merupakan perusahaan pengembangan pembangkit listrik energi laut skala komersial pertama di Indonesia.
Lebih jauh Adi menyampaikan bahwa inisiatif tersebut akan dikembangkan hingga 140 MW berdasarkan potensi yang ada dengan biaya 350 juta dollar Amerika, atau setara Rp 4,83 triliun (kurs Rp 13.800). PLN yakin teknologi pembangkit listrik tenaga arus laut ini tidak hanya membantu mengurangi biaya bahan bakar fosil, namun juga akan meningkatkan keamanan energi Indonesia.
“Kolaborasi antara PLN dan SBS ini akan mengakselerasi Indonesia ke masa depan dan akan menghemat waktu dan biaya untuk riset dan pengembangan pembangkit listrik arus laut secara komersial,” tutup Adi.
Penulis: Danny Kosasih