Pesawat Be-200 Asal Rusia Bantu Padamkan Kebakaran Hutan Sumsel

Reading time: 3 menit
Pesawat Beriev Be-200 dengan kapasitas 12.000 liter air. Foto: airtanker.org

Jakarta ( Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengirimkan dua unit pesawat amphibi Beriev Be-200 beserta 20 personel kru pesawat dari Rusia, Rabu (21/10) siang ini, untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan resminya menyatakan bahwa dua pesawat bantuan dari Rusia tersebut akan terbang ke Palembang sekitar pukul 13.30 WIB siang hari ini.

“Pesawat Be-200 ini adalah pesawat amphibi legendaris untuk water bombing (bom air) dengan kapasitas 12.000 liter. Pesawat ini bisa mengambil air di sungai, danau, atau laut. Kita (Indonesia) pernah menggunakan pesawat ini untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2007,” ujar Sutopo, Jakarta, Rabu (21/10).

Satelit Terra Aqua sendiri kembali mendeteksi adanya peningkatan jumlah titik api sebesar 3.226 titik di sejumlah wilayah hingga Selasa (20/10) kemarin. Selain bertambahnya titik api, kata Sutopo, sebaran asapnya pun ikut meluas. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang sangat kering sehingga potensi untuk kembali terjadinya kebakaran hutan dan lahan diprediksi masih akan meningkat.

Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan yang datang berkunjung pagi hari tadi, dikatakan oleh Sutopo, telah meminta tambahan lima unit Air Tractor dengan rincian tiga unit untuk kawasan Sumatera Selatan dan dua unit untuk kawasan Kalimantan Tengah. Nantinya, pemerintah akan menghubungi pihak Rusia, Kanada, Australia dan lainnya yang memiliki pesawat jenis Bombardier, Be-200 dan Air Tractor untuk water bombing. “Jika perlu, masing-masing akan ditambah lima unit,” kata Luhut seperti yang disampaikan oleh Sutopo.

Untuk strategi water bombing, lanjutnya, dua pesawat Air Tractor yang sebelumnya berada di Lapangan Udara Palembang akan dipindahkan ke Pangkal Pinang karena Lapangan udara Palembang masih sering tertutup asap dan mempersulit operasi. Selain itu, sebanyak tiga unit mobil tangki, tandon air kapasitas 5.000 liter, bahan kimia, dan lainnya juga telah disiapkan di Pangkal Pinang.

Berikut rincian sebaran titik api di sejumlah wilayah. Indonesia Barat terlihat 2.407 titik api yang tersebar di Sumatera Selatan (797 titik), Riau (39 titik), Kepualauan Riau (2 titik), Kepulauan Bangka Belitung (39 titik), Jambi (175 titik), Lampung (8 titik), Kalimantan Tengah (910 titik), Kalimantan Selatan (231 titik), Kalimantan Timur (160 titik), Kalimantan Barat (22 titik), Jawa Timur (22 titik), Jawa Barat (4 titik).

Di wilayah Indonesia Timur terdeteksi 819 titik api yang tersebar di Papua (584 titik), Papua Barat (48 titik), Maluku (88 titik), Maluku Utara (36 titik), NTT (13 titik), NTB (11 titik), Sulawesi Selatan (23 titik), Sulawesi Barat (9 titik), Sulawesi Tengah (6 titik), Sulawesi Utara (1 titik).

Sebagai informasi, pada Senin (19/10), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyatakan hingga saat ini, daerah yang menjadi prioritas utama pemerintah adalah Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan.

Sehubungan dengan meluasnya titik api ke Papua, Papua Barat, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, juga sebagian di Jawa termasuk Gunung Lawu dan Gunung Ciremai, Siti mengaku telah berkomunikasi dengan unsur-unsur daerah di Jawa, Perhutani, dan BPBD/Pemda untuk upaya pemadaman.

Sementara itu, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan pada Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Ruandha Agung Sugardiman pada Selasa (20/10), menyatakan bahwa pihaknya akan mengutamakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk masa mendatang. Karena, menurutnya, dampak terbakarnya gambut jauh lebih besar daripada kebakaran di area mineral. Itu juga yang menjadi alasan mengapa kebakaran di area gambut sulit dipadamkan.

Dampak lainnya, kata Ruandha, pemadaman kebakaran di lahan gambut itu akan membuat asap semakin tebal. Bahan biomassa gambut juga terlalu kering sehingga api bisa merambat hingga 5 kilometer dari titik api awal. “Karbon dioksida pada lahan gambut 16 kali lebih banyak daripada mineral,” ujar Ruandha.

Singapura sendiri, lanjutnya, tahun ini tidak menuntut pemerintah Indonesia karena asap kebakaran hutan dan lahan namun akan turut ambil peran dalam penegakan hukum. Lembaga World Resources Institute, katanya, mencatat ada hampir 100 ribu kebakaran hutan yang terdeteksi di Indonesia pada tahun 2015.

“Jumlah ini jauh lebih banyak dibanding tahun 2006, yang merupakan pemegang rekor kebakaran selama setahun di Indonesia, tapi masih di bawah kebakaran tahun 1997-1998 yang disebut sebagai kebakaran hutan terparah,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top