Jakarta (Greeners) – Berdasarkan hasil pengamatan dari para pemerhati dan komunitas peneliti burung, perubahan iklim telah mengubah aktivitas migrasi burung.
Migrasi burung adalah pergerakan populasi burung dari tempat berkembang biaknya menuju lokasi tertentu untuk mencari makan. Hal ini terjadi setiap tahun pada waktu tertentu. Proses migrasi burung ini melibatkan sebagian besar kelompok spesies tertentu.
Oleh sebab itu, 13 Mei menjadi peringatan hari migrasi burung sedunia. Burung migrasi di alam berperan sebagai penanda kesehatan lingkungan dan juga pengendali hama alam.
Biodiversity and Conservation Senior Officer Burung Indonesia, Jihad mengatakan, perubahan iklim menyebabkan pergesaran musim dan cuaca ekstrem. Hal ini bisa mengganggu waktu keberangkatan dan kepulangan burung.
“Pola perkembangbiakan di wilayah menjadi tak teratur. Kemudian pola hidupnya juga terganggu hingga menimbulkan kematian,” kata Jihad kepada Greeners, Senin (15/5).
Burung Migran Air Rasakan Dampaknya
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang burung migran singgahi. Jalur migrasi ke Indonesia berada pada jalur terbang Asia Timur atau Australasia. Di Indonesia, burung air yang bermigrasi menggantungkan hidupnya pada lahan basah, dan akan hinggap cari makan di lokasi-lokasi tersebut.
Executive Coordinator Asian Waterbird Census Indonesia, Wetlands International Indonesia, Ragil Satrio menyebut, jenis burung migran air merupakan spesies yang terganggu ketika mencari makan, karena adanya pengaruh kenaikan air laut. Selain itu, hal tersebut juga membuat burung migran kekurangan pakan dan kehilangan habitat.
“Kalau kondisi normal mereka mencari makan pada air sedang surut. Nah perubahan iklim ini ada pengaruhnya dalam kenaikan air laut. Jadi pada tempat tertentu mengurangi lahan mereka untuk mencari makan,” kata Ragil.
Burung bermigrasi juga akan menyesuaikan musim dan waktu, misalnya pada bulan Mei hingga Agustus, mereka berada di tempat berkembang biaknya di belahan utara dunia. Kemudian, di Indonesia akan terlihat pada bulan September hingga November.
Sebagian besar para burung migran ini hinggap di wilayah Sumatra Selatan tepatnya di Taman Nasional Berbak Sembilan. Khususnya pada bagian pesisir timur Sumatra hingga ke Sumatra Utara. Tetapi, tidak hanya pada lokasi tersebut, burung migran juga tersebar di wilayah lainnya.
Ancaman Alih Fungsi Lahan dan Perburuan
Perubahan iklim bukanlah sebagai ancaman utama, terdapat sejumlah ancaman lainnya. Menurut Ragil, ancaman terbesar saat ini adalah alih fungsi lahan untuk migrasi burung air di lahan basah.
Lahan merupakan komponen penting untuk melindungi habitat burung migrasi. Ketika habitat tidak lagi nyaman, burung migrasi akan terganggu.
Selain itu, perburuan juga masih menjadi ancaman. Para pemburu bisa menduga waktu burung akan bermigrasi. Mereka pun telah memasang jaring untuk menangkapnya.
Kemudian, ada hal yang perlu diupayakan untuk melindungi burung bermigrasi, di antaranya tidak mengalihkan fungsi lahan basah dan memerhatikan upaya konservasi burung saat melakukan pembangunan.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin