Jakarta (Greeners) – Perubahan iklim yang semakin ekstrem membuat berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan mengalami kerentanan. Hal ini juga mempengaruhi spesies burung terutama pada burung migrasi yang melakukan perjalanan musiman untuk mencari makan dan atau berkembang biak. Dampak perubahan iklim dapat membuat burung-burung kesulitan mencari makan dan mengurangi populasi burung.
Kepala Bidang Perubahan Iklim BMKG Kadarsah membenarkan bahwa perubahan iklim memberi dampak terhadap beberapa spesies. “Ada beberapa spesies yang terganggu karena perubahan iklim yang mengakibatkan kurangnya persediaan makanan baik hewan ataupun tanaman. Salah satunya memang pada burung apalagi pada burung imigrasi,” ujar Kadarsah saat dihubungi Greeners melalui pesan singkat, Senin (15/04/2019).
Head of Communication & Institutional Development dari Burung Indonesia, Ria Saryanthi mengatakan ada tiga dampak perubahan iklim terhadap burung. Pertama, jalur atau rute yang digunakan burung untuk mencapai satu tempat ke tempat lainnya akan berubah. Kedua, tata waktu berimigrasi berubah karena wilayah yang seharusnya musim panas masih mengalami musim dingin. Ketiga, pola berkembang biak terhambat karena perubahan cuaca.
BACA JUGA: Urban Farming Solusi Adaptasi Perubahan Iklim di Perkotaan
Menurut laporan State of the Birds 3 Tahun 2017, lebih dari 30% populasi burung di dunia sudah menurun dan membutuhkan tindakan konservasi. Efek perubahan iklim pada burung akan menjadi lebih parah di masa depan kecuali dilakukan mitigasi dan adaptasi mengurangi emisi gas rumah kaca, dan melindungi sumber daya alam yang dibutuhkan burung untuk beradaptasi terhadap perubahan.
Dalam laporan yang sama, dari 143 spesies burung berkembang biak yang dievaluasi 43% (61 spesies) sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim yang diperkirakan terjadi pada tahun 2050. Dari spesies lain, 15% (22 spesies) kemungkinan rentan dan 42% (60 spesies) paling rentan.
“Jenis burung yang terganggu khususnya yang berimigrasi contohnya seperti burung jenis raptor (pemangsa) yang mengalami perubahan signifikan pada jalur atau rute yang ditempuh. Karena burung imigrasi melewati jalur yang sama tapi karena dampak perubahan iklim yang ekstrem seperti hujan terus-menerus dan badai mereka biasanya akan mengubah rutenya. Hal ini mengakibatkan jalur tempuhnya lebih panjang dan biasanya mereka akan tersesat mencari makan ketika mereka singgah,” kata perempuan yang akrab disapa Yanthi ini kepada Greeners saat ditemui di Bogor.
BACA JUGA: Tahun 2019 Spesies Burung Indonesia Bertambah 6 Jenis
Mengenai tata waktu migrasi burung yang berubah akibat perubahan iklim, Yanthi mengatakan kalau burung migrasi mengalami kebingungan ketika waktu bermigrasi berubah. “Tata waktu mereka bermigrasi jadi berubah, biasanya burung-burung ini bermigrasi sesudah mereka berkembang biak, kemudian bermigrasi dan mencari makan di tempat mereka singgah enam bulan berikutnya setelah berkembang biak,” ujarnya.
Yanthi menerangkan jika sudah waktunya bagi burung berkembang biak namun karena waktu imigrasi berubah dapat menyebabkan burung tidak jadi bertelur. Waktu berkembang biak berubah menjadi lebih pendek atau lebih panjang.
“Burung-burung ini memiliki siklus atau pola sendiri ketika berkembang biak termasuk burung-burung endemik kita. Biasanya masa bertelur burung musim panas tapi kalau cuaca terus-menerus musim penghujan dipastikan burung terganggu. Jadi aspek populasinya juga pasti menurun. Misalnya jenis Elang atau Kakak Tua, mereka mulai membuat sarang pada awal tahun sekitar bulan Januari-April tapi kalau mereka melihat cuaca dan musimnya berubah mereka tidak akan membuat sarang,” katanya.
Selain itu, ketersediaan sumber pakan juga memengaruhi populasi burung. Burung betina biasanya akan mengerami sarang dan jantan akan mencari makan, tapi kalau sumber pangan tidak ada karena musim tidak sesuai akan memengaruhi perkembang biakan burung.
Pemasangan Tagging
Yanthi mengatakan bahwa belum ada data signifikan maupun penelitian terkait pengurangan populasi burung akibat perubahan iklim. Namun secara kasat mata dan penelitian, perubahan iklim sangat berpengaruh pada populasi burung dan ketersediaan pangan.
Di Indonesia pemantauan penurunan populasi burung terhadap perubahan iklim salah satunya dengan pemasangan tanda identitas (tagging) pada burung terutama burung imigrasi. Indonesian Bird Banding Scheme (IBBS) adalah suatu program yang mengkoordinasikan kegiatan penandaan burung liar di Indonesia.
Tujuan utama kegiatan penandaan ini adalah: (1) untuk memantau pergerakan burung liar khususnya perpindahan burung bermigrasi, (2) mengetahui kondisi populasi (struktur dan dinamika) khususnya jenis yang langka dan terancam punah, (3) melakukan pendataan. IBBS melakukan penandaan burung liar dengan cara konvensional yaitu dengan memasang cincin atau gelang bernomor pada kaki, dan memasang bendera warna pada kaki yang dilakukan pada burung pantai bermigrasi.
Penulis: Dewi Purningsih