Jakarta (Greeners) – Pemerintah menegaskan jika stok persediaan pangan, khususnya bahan pokok jelang Ramadan dan Idulfitri 2021 aman, meskipun menghadapi lonjakan permintaan yang biasa terjadi di kondisi kedua hari besar umat muslim tersebut. Stok bahan pokok dapat memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Mei 2021 mendatang.
“Bahan pangan pokok menghadapi Ramadan tahun ini aman,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriardi secara virtual saat diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk “Ketersediaan Pangan Jelang Ramadan dan Lebaran”, Senin (12/4/2021).
Agung menyatakan bahwa Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian secara intensif memantau perkembangan harga, pasokan hingga stok pangan di lapangan, baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Langkah ini dianggap penting agar penanganan dan antisipasi bisa segera dilakukan jika terjadi permasalahan persediaan pangan. Untuk selanjutnya upaya yang bersifat koordinatif maupun aksi dilakukan untuk mendukung ketersediaan dan kelancaran distribusi pangan.
Agung menambahkan bahwa upaya ini adalah salah satu dari serangkaian penanganan stok melalui beberapa kebijakan. Sejumlah bahan pokok dipastikan tersedia dan cukup sejak jauh hari sebelumnya, khususnya bahan pokok selama Ramadan dan Idulfitri.
Kebutuhan pokok yang telah disiapkan sejak jauh hari adalah jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, aneka cabai, daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng dan gula pasir.
“Semuanya dalam kondisi secara nasional adalah mencukupi tidak perlu khawatir,” imbuhnya.
Terkait dengan adanya kenaikan harga bahan pokok, pihaknya mengakui adanya kenaikan sekitar 15 persen dari harga yang seharusnya. Kenaikan harga tersebut, biasanya hanya terjadi pada tiga hari pertama dan akhir bulan Ramadan atau menjelang Idul Fitri.
Setelah dari kedua momentum di bulan Ramadan tersebut, harga kebutuhan bahan pokok akan kembali seperti semula. Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap fenomena kenaikan harga yang terjadi.
Saat ini, beberapa bahan pokok yang disinyalir telah mengalami kenaikan harga yakni daging ayam yang berkisar antara 35 ribu per ekor dan telur yang mengalami kenaikan sekitar 24 ribu per kilogram. Semuanya akan kembali turun dalam beberapa hari ke depan.
“Memasuki bulan Ramadan akan kembali turun dan menjelang hari raya Idul Fitri pasti akan mengalami kenaikan. Kami selalu melihat bahwa kenaikan sekitar koefisien varian di bawah 15 persen itu bagi kami bagi kita semua merasa itu adalah wajar,” jelasnya.
Pemerintah Jamin Distribusi Bahan Pangan Jangkau Daerah Terpencil
Pemerintah juga menjamin distribusi stok bahan pangan kebutuhan pokok menjangkau hingga ke daerah terpencil. Hal ini dikarenakan, semenjak satu tahun belakangan, pemerintah melakukan intervensi secara intensif terhadap ketersediaan stok pangan di setiap wilayah.
Agung Hendriardi mengakui, intervensi terhadap ketersediaan bahan pangan tersebut dilakukan secara intensif dengan koordinasi dan menggandeng berbagai pihak terkait. Intervensi ini salah satunya guna memetakan titik ketersediaan kemungkinan kekurangan bahan pangan di setiap wilayah tanah air.
Sehingga, pemerintah mengetahui secara mendetail di daerah mana yang mengalami kelebihan bahan pokok (surplus) dan daerah mana saja yang mengalami kekurangan (defisit) pangan.
Kebijakan intervensi distribusi bahan pangan oleh pemerintah dilakukan pada periode setiap pekan di seluruh wilayah tanah air. Artinya, setiap pekan pemerintah secara intensif melakukan distribusi secara ke daerah-daerah yang terindikasi kekurangan stok pangan.
“Mana daerah yang surplus bawang putih, kemudian pemerintah bersama pemangku kepentingan akan mengirimkan ke daerah yang defisit,” imbuhnya.
Permintaan Produk Olahan Meningkat
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengungkapkan jika permintaan produk pangan, khususnya produk olahan menunjukkan peningkatan di berbagai daerah, sejak Januari 2021. Hal ini dinilainya menunjukkan ada perbaikan konsumsi masyarakat secara umum setelah sempat anjlok dihantam pandemic COVID-19.
Saat ini kontribusi pangan olahan terhadap pangan sekitar 34 persen, dimana 66 persen berasal dari kontribusi pangan segar dan pangan rumah tangga. Dengan demikian, maka kenaikan permintaan makanan olahan berpotensi mengerek angka konsumsi pangan secara total.
“Kami merasakan permintaan produk pangan olahan meningkat sejak Januari kemarin dan kalau kita lihat globalnya serta konstelasi itu, industri makanan minuman mengalami peningkatan permintaan sejak Januari kemarin,” ujarnya.
Dengan adanya kenaikan ini, Adhi optimis bahwa permintaan total produk pangan dan minuman akan segera pulih seperti sebelum pandemi. Kenaikan permintaan yang mulai terjadi awal tahun ini dinilai bisa menjadi tolok ukur dalam pemulihan ekonomi daerah pasca pendemi.
Penulis: Dewi Purningsih
BACA JUGA : Pemanis Alami ini Cocok untuk Berbuka Puasa
BACA JUGA : Makanan Manusia di Masa Depan, Jangkrik Salah Satunya!