Jakarta (Greeners) – Sebagai spesies yang daur hidupnya sudah rentan secara alamiah, populasi penyu laut juga semakin terancam karena aktivitas manusia. Hasil penelitian dari survei sumberdaya penyu laut di Kabupaten Kaimana yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sumberdaya Perairan Pasifik (P2SP2), Universitas Papua atas dukungan Conservation International (CI) Indonesia menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah penyu secara drastis.
Salah satu contoh, dikatakan oleh Ricardo Tapilatu, Ph.D, Dosen Biologi Kelautan dan Konservasi, Universitas Papua, adalah penurunan populasi penyu belimbing yang pada tahun 2008 ada sekitar 15.000 sarang per tahun, menurun jadi 2.000 sarang per tahun di tahun 2011. Bahkan di tahun lalu tercatat hanya ada 1.500 sarang per tahun.
Penurunan jumlah penyu ini terjadi karena beberapa faktor. Ancaman terbesar bagi penyu adalah perilaku manusia, selain predator seperti babi, biawak, elang, hiu dan kondisi lingkungan yang sangat mempengaruhi, seperti suhu pasir yang tinggi dan air pasang.
BACA JUGA: Lima Ancaman Besar untuk Enam Spesies Penyu di Indonesia
Penggunaan alat kerja nelayan yang dapat mengancam kelangsungan hidup penyu juga sangat mempengaruhi keterancaman populasi penyu seperti penggunaan kail pancing yang tertelan penyu dan tersangkut jaring nelayan. Fakta lain membuktikan bahwa sampah plastik banyak menyebabkan kematian pada penyu yang tidak sengaja mengonsumsi sampah plastik.
“Bahkan dari hasil penelitian kami menemukan bahwa kandungan logam berat pada telur penyu hijau dan penyu sisik dari Pulau Venu melebihi batas aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Terdapat paling tidak 8 kandungan zat berbahaya pada telur penyu tersebut antara lain: merkuri, kadmium, arsen, timah, seng, mangaan, besi dan tembaga,” jelas Ricardo, dikutip dari keterangan resmi yang diterima oleh Greeners, Jakarta, Minggu (14/05).
BACA JUGA: KLHK Tetapkan 25 Satwa Prioritas Dilindungi
Untuk daerah survei yang dilakukan di Kaimana sendiri, lanjutnya, berada Teluk Etna (Lakahia dan Ombanariki) dan Pulau Venu dengan menggunakan metode wawancara kepada tokoh masyarakat dan nelayan setempat. Survey tersebut diakukan pada bulan Maret 2016 sampai Oktober 2016 yang menyatakan bahwa terdapat 7 jenis penyu di dunia, 6 jenis penyu di antaranya berada di Indonesia dan 4 jenis penyu dapat ditemukan di Papua Barat, antara lain penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu belimbing yang pergerakannya menyebar ke Aru, Kei, Kaimana, dan Fakfak.
Victor Nikijuluw, Marine Program Director Conservation International Indonesia menambahkan bahwa keberadaan penyu berperan cukup penting bagi konservasi lingkungan laut. Sebagai contoh penyu hijau yang merupakan spesies kunci pemakan lamun sehingga kesuburan lamun meningkat. Sedangkan penyu sisik mengkonsumsi sponges dan ikut menjaga kesuburan sponges.
“Kedatangan penyu untuk melepaskan telurnya di pantai berpasir bisa merupakan indikator baik-buruknya lingkungan pantai itu. Hanya perairan dan pantai yang tidak tercemar serta tidak rusak ekosistemnya yang menjadi tujuan kedatangan penyu,” tutupnya.
Penulis: Danny Kosasih