Nusa Dua (Greeners) – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menutup penyelenggaraan konferensi internasional Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Nusa Dua Bali. Luhut mengajak seluruh peserta OOC 2018 untuk bekerja sama dalam memelihara lautan.
“Laut adalah masa depan. Sembilan puluh lima persen lautan di dunia belum dieksplorasi. Kita harus memperlakukan laut kita dengan hati-hati. Kita harus menjaganya bersama karena tidak ada negara, tidak ada organisasi yang bisa menyelesaikan masalah tanpa kerja sama,” ujar Luhut pada pidatonya di Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Selasa (30/10/2018).
Luhut mengimbau para peserta memanfaatkan jaringan yang dibangun pada konferensi ini untuk memecahkan masalah laut. “Dulu saat bertugas di militer saya beranggapan tanah adalah Raja tetapi kini saya meyakini laut adalah sang Ratu. Bagi Anda yang mengerti permainan catur pasti paham bahwa Ratu adalah si ‘aktor utama’,” ucapnya disambut gelak hadirin.
BACA JUGA: OOC 2018 Hasilkan 287 Komitmen Senilai 10,7 Miliar Dolar AS
Lebih lanjut Luhut menjelaskan bahwa kerjasama terkait isu laut dapat berupa aksi kolektif dalam penelitian, teknologi, dan inovasi, kebijakan, pembiayaan, dan berbagai pengetahuan. Menurutnya, memenangkan perang melawan polusi plastik di laut membutuhkan koordinasi dan kebijakan yang konsisten.
“Tidak ada negara dan tidak ada organisasi yang bisa menyelesaikan masalah tanpa dukungan yang besar. Tidak cukup untuk bertemu dan mengobrol. Harus ada dukungan yang besar, tetapi dukungan tersebut hanya dapat diperoleh dengan menunjukkan hasil nyata yang tercapai,” ujar Luhut.
Luhut juga melihat bahwa ada peluang bagi negara-negara anggota konferensi East Asia Summit (EAS) untuk bekerja bersama. EAS beranggotakan 18 negara terdiri dari negara-negara ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) ditambah Australia, Cina, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Rusia.
“Tadi saat pertemuan negara-negara EAS kami membahas bagaimana memerangi sampah plastik. Negara Indonesia yang menjadi salah satu penghasil plastik terbesar nantinya akan berubah menjadi juara solusi plastik,” katanya optimis.
BACA JUGA: Menteri Susi: Kita Membutuhkan Laut Lebih Dari Laut Membutuhkan Kita!
Selain itu, pada acara penutupan OOC 2018 dilakukan serah terima penyelenggaraan OOC dari pemerintah Indonesia kepada Norwegia. Serah terima ditandai dengan penyerahan cendera mata perahu Pinisi oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi kepada Menteri Kelautan Perikanan Norwegia Harald T. Nesvik. Penyelenggaraan OOC berikutnya akan berlangsung pada 24-25 Oktober 2019 di Norwegia.
“Hari ini saya akan menyerahkan penyelenggaraan OOC berikutnya ke Norwegia. Saya tahu, OOC akan berada di tangan yang baik. Saya tahu betapa Norwegia peduli dan mencintai laut sejak saya menjadi duta besar untuk Norwegia. Saya tahu persis komitmen Norwegia terhadap masalah lingkungan, perikanan dan lautan. Sebagai simbol handover saya ingin memberikan perahu Pinisi, simbol perjalanan maritim Indonesia dan simbol komitmen kami terhadap isu-isu laut dan simbol persahabatan Indonesia dengan dunia,” tandas Retno.
Penulis: Dewi Purningsih