LONDON, 14 Juli 2017 – Peneliti US menambahkan dimensi “horor” baru terhadap dunia penerbangan modern: pemanasan global dapat membawa gelombang panas pada titik di mana suhu akan menjadi terlalu panas untuk terbang.
Dan, ketika merkuri meningkat, maskapai yang diperbolehkan untuk terbang akan terpaksa meninggalkan puluhan penumpang yang protes, untuk meringankan beban dan membawa mereka selamat dalam perjalanan.
Pesawat terbang kini berkontribusi sekitar dua persen untuk emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Pada tahun 2016, menurut Bank Dunia, 3,7 miliar orang melakukan perjalanan dengan pesawat, sehingga sedikit gangguan saja bisa memengaruhi skala besar dan membuat para penumpang yang tidak sabar harus terlantar di ruang tunggu.
Menurut penelitian dari Lamont-Doherty Earth Observatory, di Universitas Columbia, gangguan tersebut akan tiba.
Mengurangi beban
Para peneliti melaporkan dalam Journal Climatic Change bahwa apabila manusia terus membakar bahan bakar fosil dengan cepat, dan suhu rata-rata global diprediksi meningkat 4°C di atas level historis, maka pada hari-hari yang sangat panas, antara 10 % dan 30 % dari pesawat dengan muatan penuh harus mengurangi muatan bahan bakar, kargo atau penumpang sebelum lepas landas; atau, penerbangan harus ditunda pada jam-jam dengan uyang lebih sejuk.
Hal ini bukan saja masalah yang ditimbulkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim pada dunia penerbangan. Penelitian lain telah memperingatkan lebih dari satu kali bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan turbulensi udara.
Namun, para penumpang tidak hanya harus mengikat sabuk pengaman, mereka mungkin harus terikat untuk waktu yang lama karena perubahan pola angin. Tim peneliti lainnya telah menemukan bahwa perkembangan yang lamban terhadap arah angin berarti peningkatkan permintaan bahan bakar.
Terlalu berat
Namun, tim dari Columbia mungkin yang pertama memikirkan tentang masalah terkait pemanasan akan berdampak kepada landasan bandara. Dengan menghangat udara berarti tipisnya udara. Saat udara semakin tinggi. sayap pesawat akan lebih sedikit mengangkat pesawat saat melaju di landasan. Apabila suhu menjadi lebih tinggi, pesawat akan menjadi lebih berat untuk lepas landas sama sekali.
Suhu rata-rata global telah meningkat hingga hampir 1°C sejak tahun 1980. Pada akhir Juni, American Airlines telah membatalkan lebih dari 40 penerbangan menuju Phoenix, Arizona akibat suhu siang hari mencapai lebih dari 48°C.
Dan suhu panas diprediksikan akan menjadi lebih sering, lebih panjang, dan lebih intens akibat pemanasan global. Pada tahun 2100, suhu udara pada landasan bandara bisa mencapai 4°C hingga 8°C lebih tinggi dari saat ini.
Para peneliti Columbia mempertimbangkan perfoma dari lima pesawat komersial Boeing dan Airbus, dan 19 bandara besar, lalu bekerja dengan proyeksi masa depan perubahan iklim untuk melihat dampak terhadap lalu lintas udara.
Mereka menemukan bahwa pesawat di masa depan harus menurunkan berat untuk bisa mengejar ketinggian hingga 4 persen. Untuk pesawat kapasitas 160 kursi, hal ini berarti kehilangan 12 atau 13 penumpang.
“Penelitian kami menyarankan bahwa batasan berat akan menimbulkan biaya tambahan bagi maskapai dan dampak operasi penerbangan di seluruh dunia,”, kata Ethan Coffel, mahasiswa dari Universitas Columbia. “Semakin cepat iklim bisa dimasukkan ke dalam rencana menengah hingga panjang, akan semakin efektif adaptasi yang harus dilakukan.”
Penulis lainnya,Radley Horton, seorang ahli iklim dari Lamont-Doherty Earth Observatory, mengatakan “hal ini mengacu kepada risiko yang belum diketahui tentang perubahan iklim pada dunia aviasi. Saat dunia menjadi lebih terkoneksi dan bertumbuhnya dunia aviasi, mungkin ada potensi substansial untuk dampak beruntun, ekonomi, dan sebaliknya.” – Climate News Network