Pengelolaan Kekayaan Hayati, Indonesia Perlu Belajar dari Negara Lain

Reading time: 2 menit
pengelolaan kekayaan hayati
Ilustrasi. Foto: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Indonesia dianggap masih perlu belajar dari negara lain dalam menyukseskan pengelolaan kekayaan hayati melalui inovasi dan teknologi. Pelaksana Tugas Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bambang Subiyanto, mengatakan, sejumlah negara di dunia seperti Inggris dan Taiwan telah sukses melakukan pengelolaan kekayaan hayati dengan cara yang tepat. Mereka mampu memaksimalkan inovasi dan teknologi untuk menghasilkan sumber daya hayati yang bernilai ekonomi tinggi (bioekonomi). Misalnya, untuk kebutuhan kesehatan, pangan maupun industri.

“Kenapa Indonesia masih harus belajar? Agar kekayaan hayati Indonesia yang sangat beragam mampu dimanfaatkan secara optimal dengan pengelolaan yang benar,” katanya, Jakarta, Jumat (27/10).

BACA JUGA: Dana Riset Minim, Keanekaragaman Hayati Rentan Tidak Teridentifikasi

Menurut Bambang, langkah belajar dari negara lain dalam melihat kesuksesan pengelolaan kekayaan hayati bisa dilakukan dengan melakukan kerjasama secara intensif. Kerjasama ini ditujukan untuk mempelajari inovasi dan teknologi yang ada di negara lain tersebut. Selanjutnya hasil belajar itu bisa diterapkan di Indonesia dengan penyesuaian kondisi yang ada.

Sejauh ini, Indonesia melalui LIPI telah melakukan pengembangan teknologi kekayaan hayati untuk alternatif sumber daya pangan, energi, lingkungan, dan kesehatan. Namun begitu, kolaborasi dan pembelajaran dari negara lain tentang penerapan Iptek dalam pengelolaan kekayaan hayati masih tetap perlu dilakukan.

BACA JUGA: Proteksi Keanekaragaman Hayati Indonesia Perlu Dukungan Semua Pihak

Terkait hal yang perlu dipelajari dari negara lain tersebut, Enny Sudarmonowaty, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI mengatakan bahwa Indonesia bisa bekerjasama untuk mempelajari tentang bioekonomi. Bioekonomi adalah melihat tren nilai ekonomi dari kekayaan hayati untuk ditingkatkan nilai ekonominya.

Dari bioekonomi tersebut, Enny menjelaskan, kekayaan hayati akan menjadi berharga dan diketahui nilai keekonomiannya. Salah satu contohnya adalah sumber tanaman obat. Tanaman yang tadinya biasa saja, dengan sentuhan teknologi tanaman itu bisa ditemukan sumber potensi sebagai obat dan memiliki nilai ekonomi.

“Dengan banyak menemukan sumber potensi tanaman sebagai obat, maka Indonesia secara perlahan bisa mengurangi ketergantungannya pada impor bahan baku obat dan bahkan ke depan, negara ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan bahan bakunya dari kekayaan hatinya sendiri,” tutupnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top