Jakarta (Greeners) – Bulan September masih menjadi momok bagi masyarakat Pulau Sumba. Di bulan tanpa air hujan ini, fenomena kekeringan yang berkepanjangan kerap terjadi. Sawah mengering, ladang pun tandus dan terbengkalai tak terurus.
Namun, di sebagian wilayah, situasi seperti itu masih bisa diselamatkan. Seperti yang terjadi di Desa Dikira, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya. Keberadaan Solar Water Pump (Pompa Air Tenaga Surya) yang baru beberapa bulan dibangun di desa ini diakui cukup membantu masyarakat saat mengelola ladang dan sawah mereka di musim kemarau.
Solar Water Pump sendiri merupakan proyek energi terbarukan yang digagas oleh Hivos, organisasi internasional pembangunan nirlaba non-pemerintah internasional yang bekerjasama dengan Yayasan Sosial Donders untuk pendampingan ke masyarakat, baik dari sisi sosial, ekonomi maupun agama.
Cara kerja Solar Water Pump berdaya 1.500 Watt ini dilakukan dengan memompa air sungai untuk kepentingan irigasi dengan memakai tenaga sinar matahari. Pompa air ini mampu memberikan debit air sebesar 50 meter kubik per hari yang cukup memenuhi kebutuhan pengairan bagi lahan tanaman warga.
Field Coordinator Sumba Iconic Island dari Hivos, Adi Lagur pada satu kesempatan mengatakan bahwa apa yang terjadi di Desa Dikira hanyalah sebagian kecil dari apa yang menjadi rencana besar dari proyek Sumba Iconic Island, 100% Energi Terbarukan yang digagas oleh Hivos.
Menurutnya, sudah banyak wilayah yang telah menjadi objek penggunaan energi terbarukan di Sumba. Namun, masih banyak pula yang belum tersentuh sama sekali karena masih membutuhkan pendekatan ke masyarakat.
“Pendekatan ini bukan pekerjaan mudah. Mereka punya kebiasaan adat yang sudah dijalani turun temurun. Apalagi, jika mereka tidak benar-benar memahami manfaat dari energi terbarukan yang kita pasang, nantinya akan sulit bagi mereka untuk menjaganya,” tegas Adi ketika diwawancara di Kota Waingapu, Sumba Timur, Selasa (08/09) lalu.
Sedangkan untuk program Sumba Iconic Island, 100% Energi Terbarukan, Adi menyatakan masih dibutuhkan bantuan dana, teknologi dan investasi dari banyak pihak agar program ini mampu terwujud. Menurutnya, ada integrasi yang sesuai antara akses energi bagi masyarakat dengan pengentasan kemiskinan yang masih merajalela di Pulau Sumba. Apalagi, lanjutnya, Nusa Tenggara Timur termasuk Pulau Sumba masih masuk dalam kategori penduduk dengan kemiskinan terbanyak di Indonesia.
“Jadi, selain penggunaan 100% energi terbarukan, ada misi penting juga yang kita emban yaitu pengentasan kemiskinan masyarakat Sumba,” lanjut Adi.