Jakarta (Greeners) – Hari ini, Selasa, 30 Juni 2015, jam-jam komputer di seluruh dunia secara bersamaan akan melambat atau “menambahkan waktu” sebanyak satu detik pada pukul 23:59:59 menjadi 23:59:60 sebelum berlanjut ke pukul 00.00 untuk masuk ke tanggal 1 Juli 2015 sesuai dengan standar waktu internasional (UTC). Fenomena ini dikenal dengan sebutan detik kabisat (leap second).
Akademisi yang juga dosen astronomi di Institut Teknologi Bandung, Ferry Simatupang saat dihubungi oleh Greeners melalui sambungan telepon menjelaskan bahwa penambahan satu detik ini disesuaikan agar waktu di bumi sama persis dengan jam atom yang dipergunakan sebagai dasar pendefinisian dari detik dan bukan lagi dengan putaran bumi.
“Jadi hari ini waktu kita bukan hanya 24 jam, melainkan 24 jam 1 detik atau hari akan berakhir bukan pada pukul 23.59.59, melainkan pada 23.59.60. Tanggal 1 Juli 2015 sendiri tetap akan dimulai pada 00.00.00,” jelasnya, Jakarta, Selasa (30/06).
Meski demikian, Ferry menyatakan bahwa penambahan satu detik dalam satu hari, khusus di hari Selasa ini, tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi masyarakat. Lagipula, penambahan satu detik ini, lanjutnya, sudah diumumkan beberapa waktu lalu oleh Pusat Rujukan Sistem dan Layanan Rotasi Bumi di Paris.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kok. Kalau jadwal penerbangan terlambat satu detik, terus masalahnya di mana? Atau untuk pasar bursa, perubahan iklim, cuaca atau suhu, ini juga tidak ada pengaruh yang berarti. Sekarang ini banyak orang yang menyebarkan informasi tanpa tahu penjelasan ilmiah atau titik permasalahannya. Paling mungkin, ya, siang hari kita akan bertambah satu detik saja,” ujarnya.
Sebagai informasi, penambahan detik kabisat ini dilakukan menurut keputusan International Earth Rotation and Reference Systems Service di Paris pada tahun 1972. Tujuan penambahan detik kabisat ini sama dengan tahun kabisat, yaitu menyesuaikan waktu dengan gerakan Bumi yang sebenarnya. Meski demikian, penyebab keduanya berbeda.
Dalam kasus tahun kabisat, penyebabnya adalah gerakan Bumi mengelilingi Matahari yang sebenarnya bukan 365 hari, melainkan 365,25 hari. Apabila satu tahun dibiarkan terus-menerus 365 hari, maka waktu akan semakin tak sesuai dengan gerakan Bumi yang sebenarnya. Permulaan musim, misalnya, akan terus mundur.
Sementara itu, memutuskan satu hari sama dengan 365,25 hari juga tidak mungkin. Kalau diputuskan seperti itu, akan ada hari yang berakhir pada pukul 06.00 pagi atau bahkan 12.00 siang. Pilihan untuk menyinkronkan waktu dengan gerakan Bumi adalah menambahkan satu hari pada tahun yang habis dibagi 4, tetapi tak habis dibagi 100 dan 400.
Sedangkan dalam kasus detik kabisat, penyebabnya lebih rumit, yaitu karena gravitasi Matahari dan Bulan yang membuat rotasi Bumi lebih pelan.
Periode detik kabisat lebih rumit dari tahun kabisat, yaitu setiap interval 7 tahun, 3 tahun, 3,5 tahun, dan 3 tahun. Sejak tahun 1972, sudah ada 26 detik kabisat. Kemampuan manusia menyesuaikan waktu sendiri tak lepas dari gagasan tentang jam atom. Berkat jam atom, manusia memiliki definisi yang lebih tepat tentang detik.
Satu detik, berdasarkan gagasan jam atom itu, adalah 9.192.631.770 osilasi sinyal gelombang mikro atom sesium. Penambahan satu detik dilakukan agar akurasi penghitungan waktu tetap tinggi. Penambahan dilakukan pada waktu Coordinated Universal Time (UTC).
Penulis: Danny Kosasih