Jakarta (Greeners) – Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyatakan restorasi ekosistem lamun bisa membantu mitigasi perubahan iklim. Sebab, lamun menyimpan cadangan karbon tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan luasan setara hutan darat.
“Untuk mengatasi masalah-masalah perubahan iklim yang kompleks, kita membutuhkan komitmen dan solusi yang beragam. Kami berharap Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun bisa menjadi bagian peningkatan target Kontribusi Nasional (NDC) Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca. Lalu, menjadi peta jalan untuk menentukan langkah menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh,” ujarnya.
BACA JUGA: KKP Larang Investor Kuasai Satu Pulau secara Utuh
Menurut Trenggono, ekosistem karbon biru berperan signifikan bagi masyarakat pesisir yang ruang hidup dan penghidupannya berpotensi terdampak climate-related coastal risks. Dampak tersebut seperti cuaca ekstrem, badai, erosi, banjir dan sebagainya.
Tak hanya itu, berbagai risiko tersebut juga dapat mengakibatkan dampak sosial-ekonomi. Misalnya, terancamnya keanekaragaman hayati. Kemudian, berkurangnya layanan ekosistem yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia dan alam.
KKP Luncurkan Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun pada pelaksanaan side events Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum di Bali, Senin (9/10). Peluncuran dokumen tersebut merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan potensi karbon biru.
Trenggono menyampaikan, sebagai pemilik 17 % cadangan karbon biru dunia, Indonesia berpeluang besar memanfaatkan ekosistem karbon biru. Hal ini sebagai salah satu solusi mengatasi perubahan iklim.
“Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun ini juga akan berfungsi sebagai peta jalan bagi upaya Indonesia untuk melestarikan dan memulihkan habitat karbon biru. Kemudian, meningkatkan potensi penyimpanan karbon untuk kepentingan planet kita dan generasi mendatang,” ujar Trenggono.
Selain itu, lanjut Trenggono, Indonesia merupakan rumah bagi sekitar 11,5 % lamun dunia. Oleh karena itu, pengembangan karbon biru di Indonesia juga perlu memperhitungkan ekosistem lamun sebagai bagian penting penyangga karbon biru.
Ekosistem Lamun dapat Turunkan Emisi
Dalam Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun tersebut, Indonesia akan fokus intervensi regulasi pemanfaatan ruang laut dan melakukan restorasi padang lamun. KKP memproyeksikan penurunan emisi karbon secara signifikan pada tahun 2030.
Selain itu, KKP juga mendorong masyarakat untuk ikut serta dalam upaya perlindungan padang lamun. Kemudian, terlibat aktif dalan upaya pengumpulan data lamun.
“Untuk mendukung hal ini, kami tengah mengembangkan aplikasi yang mudah digunakan oleh masyarakat dan pembangunan the Blue Carbon Room, ruang terpusat untuk memantau aktivitas karbon biru di Indonesia,” ujarnya.
BACA JUGA: KKP Dorong Penerapan Zero Waste pada Produk Perikanan
Sebagai informasi, Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun merupakan kerja sama KKP dan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia. Kerja sama ini berisi hasil perhitungan pengurangan emisi dari ekosistem lamun yang bertujuan untuk melestarikan dan memulihkan habitat karbon biru. Kemudian, untuk meningkatkan potensi penyimpanan karbon.
Dalam berbagai kesempatan, KKP pun terus menekankan pentingnya menciptakan laut yang sehat, aman, tangguh dan produktif bagi kesejahteraan bangsa. Penekanan dilakukan melalui diplomasi maritim serta kerja sama dengan berbagai negara.
Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan strategi pembangunan ekonomi biru (blue economy) yang menitikberatkan pada pertimbangan ekologi. Dalam pengelolaan ekosistem karbon biru di Indonesia, KKP berkomitmen menjadikan ini sebagai modal alam dikelola secara berkelanjutan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia